Hari
ini, Tiara terburu-buru dari rumah untuk pergi membayar uang kuliah yang harus
Dtransfer ke sebuah Bank Swasta. “aduh, mana antri lagi, jam berapa lagi q
harus menunggu ne, mana ne hari terakhir lagi”. Saat ia harus bersiap antri
ternyata ada seorang Bibi yang kebetulan kuliah ditempat Tiara kuliah. “Bu’,
titip dunk”. Ia pun menyodorkan kertas berisi Transaksi yang akan dibayarkannya
itu.
“
bayar sendiri napa, qalo titip ma Ibu yach jangan kemana-mana. Qalo ditinggal
ga Ibu bayarkan nanti”.
“
iya dech bu, Tiara nunggu didepan yach”
Saat didepan, Tiara termenung sendiri. & ketika
handphonenya bordering ia baru
ingat saatnya berfoto
ne. ia bersama dua temannya Sinta & Heni pun berfoto ria.saat ia
asyik berfoto,kakak
kelas memperhatikannya.
penjaga parkirpun ikut ambil
bagian didalam foto Tiara. “kakak mo ikut ? sini”.
Kakak kelas berbaju
Hijau & memakai topi itu pun menurut. Tiara yang memang menyukai
Membenahkan topi yang
menutupi rambut kriting itu. Dengan gaya jari telunjuk & tengah
Membelakangi kamera ia
pun tersenyum bersama Tiara & dua temennya dalam fotonya.
“mentel juga to abang
yach tiara, udah cowo’ sendiri, mau pula foto bareng kita”.
“ ha-ha, seru-seru,
dengan gaya nya yang cantik,” tambah Heni
Keasyikan berfoto, akhirnya terbayar sudah uang
kuliah Tiara dipusatnya. Ia hanya
Tinggal memberikan
berkas itu pada pengurus kampus.
“ ayok, abang duluan
yach” kakak kelas itu mengucapkan salam sembari tersenyum itu pergi
Menuju kampus. Disusul
dengan Tiara yang juga akan melncur kekampus.
Pagi ini, Tiara mengajak Heni untuk memberikan berkas yang
harus diberikan
kepada pengurus kampus
ke kampus. Saat itu, smester 3 belum aktif
kuliah. Ia bertemu
dengan kakak kelas yang
ikut berpartisipasi dalam foto-foto ala antrian sebuah Bank.
Ia pun memperhatikan
sang kakak kelas yang asyik menerima telfon itu. “gila, to cowo’ OK
Juga. Uh, kapan yach q
bisa deket ma kakak kelas ?”. Tiara pun berandai-andai.
Sejak saat itu, ia selalu teringat sang kakak
berambut kriting itu. Kapan ia lewat. Tak
Berapa
Lama, saat mata menerawang jauh, sang kakak pun muncul. Tanpa disadari,
bibirnya tersenyum & ternyata juga sang kakak membalas senyum Tiara.
Setiap
ia menuju kekampus, ia pasti bertemu sang kakak & Tiara selalu menyapa
dahulu karna memang Tiaralah yang melihat dulu, tak lupa pula gaya cantik sang
kakak saat difoto turut Tiara peragakan. & kakak yang memang jadi ramah itu
pun selalu membalaz dengan caranya yang cantik, menjulurkan lidah ala dirinya.
Saat
perkuliahan dimulai, setiap hari ia bertemu dengan kakak smester 5 itu. Dari
jauh, Tiara memperhatikannya. Tanpa sang kakak itu tahu. Tapi juga terkadang
mereka sama-sama melihat, tapi akhirnya sama-sama membuang pandangan yang
bertemu itu.
Hari
ini, anak smester 5 salah satunya keluarganya terkena musibah, selayaknya
kemanusiaan yang dilakukan. Teman-temannya meminta keiklasan setiap kelas untuk
memberikan bantuan. Saat itu, kakak berambut kriting yang meminta bantuan
dikelas Tiara. Yang terjadi masih sama, saat Tiara memperhatikannya, ia acuh.
Tapi juga tak jarang, mereka sama-sama memperhatikan. Saat mereka berdiri
berdekatan, rasanya Tiara ingin memberikan senyuman, tapi ia tak mampu. &
ia juga selalu berharap akan sapaan dari sang kakak. Rasanya, sesaat setelah
kejadian itu, jantung Tiara selalu berdetak hebat bila melihat apalagi
berdekatan dengan sang kakak.
Hari
ini, Tiara menuju kantin sekolah. Kakak sweety nya pun berada disana.
“ hy adex, mau cari apa ne ?” saat itu ia
bersama temannya yang cuek banget.
“ne, kakak cari apa ?” Tiara menunjukkan botol
yang dipegangnya. “kakak cari apa ? ne dunk minuman buat cowo”. Tiara
menunjukan botol minuman penambah stamina pada sang kakak.
Saat sang kakak akan berlalu pergi meninggalkan
kampus “foto selebrity masih ada dex ?”
“oh, masih. Tenang ja, tersimpan rapi kok
dihandphone ne”. Tiara menunjukkan Handphone nya. Saat sang kakak akan pergi,
ia tak lupa menutupnya dengan senyuman yang membuat Tiara mengeluarkan keringat
dingin.
Hari
ini, bersama sahabatnya Heni, Tiara pergi kesebuah bengkel untuk menyerviskan
sepeda motornya. Mata nya menuju satu buah sepeda motor berwarna merah.
“neng” sapaan akrab Tiara pada sahabatnya
“ napa ?”
“ne motor ngingetin gue ma seseorang” sambil
tersenyum malu, ia mencoba membuka. Selama ini, Tiara tak berani mengatakan apa
yang dirasakan nya tentang kakak kelas itu.
“siapa ?, siCantik ?” Heni pun tersenyum melihat
ekspresi wajah Tiara yang malu-malu meonk. “jadi selama ne kamu memperhatikan
dia ?”
“he-he, ia ne neng. Dia to sweety q dikampus.
Gila aja qalo sampe q bisa deket ma dia” Tiarapun berhayal bisa menjadi pacar
sang kakak.
“pantesan, dia sering ngeliatin aja, ini to”
Perkataan Heni sontak membuat Tiara beranjak
dari kursi yang ua duduki. “sumpah lo neng, masak dia sering meratiin. Ih neng,
dia sweety q. q sering ngerasa seperti itu juga. Tapi apa iya ?” rona
kebahagiaan menyelimuti wajah yang lebih sering berirama Senduh itu.
“ ia, kadang-kadang q peratiin itu. Dia
ngeliatin juga”. Heni baru menyadari apa yang dirasakan sahabatnya yang dikenal
semasa awal mereka sama-sama memasuki gerbang kuliah tersebut.
“wih, gila lah neng, ga tahu lah neng. Sejak
saat itu, aq ngerasa ada yang aneh ma diri ku. Tapi nyebelin, kemaren to waktu
rapat, sering banget posisi kita to deket-deketan. Tapi dia cuek. Tapi
kadang-kadang sama-sama meratiin. Kadang-kadang aq ngerasa dia pengen nyapa,
tapi dia g berani. Apa iya q fikir. Eh, tapi dia malah ngomong ma orang laen.
Kan nyebelin to, awak da berharap disapa. Gue duluan yach mana beranilah”.
Heni senyum-senyum mendengar pengakuan sahabatnya
yang cukup mengagetkan juga.
Tiara
tak berani menyapa duluan, tapi ia mencoba. Saat bertemu dijalan, sang kakak
akan diam saja atau basa-basi atau malah mempercepat laju motornya.
Tak lama, sang kakak berambut kriting to pun
menghampiri Tiara.
“ hati-hati kamu yach naek motornya” tanpa
melupakan senyum termanisnya. Sembari berlalu
“oh, yach-yach-yach” jawab Tiara spontan. “oh
Tuhan, mimpi apa gue semalem, kakak itu menyapa gue. Oh No ! mungkin buat orang
laen, semua ini tak berarti apa-apa. Tapi buat gue, ne to berharga banget kak”.
Sepanjang jalan, Tiara senyum-senyum sendiri.
Bahkan dirumah pun, saat ia teringat, ia merasa greget sendiri dan
senyum-senyum.
Tiara pun mengupdate status Face Booknya
“ 1 hari,
gue sebel karna saat deketpun dicuekin
1 hari
kemudian, tak bertemu dikampus. Entah dia tak kuliah atau terlambat datang
Tapi hari
ini, dipenghujung minggu perkuliahan. Ia memberikan senyum manisnya &
mengucapkan kata yang indah buat q
Oh, Thanks
God. I Like It”
Tiara
berfikir, mungkin semuanya tak boleh diakhiri. Rasa bosan & malu sempat
menghinggapi Fikirannya karna ia yang selalu rajin menyapa sang kakak. Ia
bahkan hampir menyerah. Tapi hari itu, kakak sweety itu memberikan harapan yang
indah untuknya.
“ semua ini tak seharusnya diakhiri, aq harus
menggunakannya dengan baik. Mungkin inilah jalannya agar gue bisa deket ma
kakak kelas, apalagi jadi pacarnya. Oh, so sweet banget ! bukannya itu impian
gue dari dulu.punya pacar 1 kampus, kakak
kelas. Wow !
Mungkin ini hikmah dari semua, hidup tak selamanya
pahit. Apakah dia yang ditunjukan Tuhan untuk mencintaiku, menemaniku, &
menjadi pacarq ?”.
Lagi-lagi Tiara berhayal menjadi pacar seorang
cowo berambut kriting, mengendarai Blade berwarna merah, Lucu, & sederhana.
Ada yang mengasihinya, menyayanginya, & setia untuk nya.
Senin,
saatnya untuk kuliah. Saat ada yang memperhatikannya. Ia harus berpenampilan
sebagus mungkin. Saat memasuki gerbang kampus. Pria cantik itu sudah terlebih
dulu memarkirkan sepeda motornya. Ia sudah memperhatikan Tiara sejak tiara
memasuki gerbang kampus. Tiara mencoba melirik kakak kesayangannya itu dibalik
helm yang menutupi wajahnya. Karna Tiara merasa diperhatikan, ia tak ingin
menampakkan wajahnya yang sendu. Ia tampil seceriah mungkin & bercengkramah
ria bersama temannya. Tapi ia tak berani menoleh dimana sang kakak berada.
Dari
sudut ruangannya, ia selalu memperhatikan kapan sang kakak keluar untuk
mengerjakan sesuatu. Rasanya ia lebih senang memperhatikan halaman kampus
ketimbang mengikuti pelajaran yang saat itu sedang berlangsung.
Saat pelajaran pengantar dasar MIPA, sang dosen
selalu mengulur waktu pulang. Sedangkan sang kakak sudah keluar menghadap
motornya untuk segera pulang. Tapi, seperti ia sengaja menunggu Tiara pulang,
ia pun setia menunggu. Saat Tiara keluar dari kelas, ia merasa sang kakak
memperhatikannya. Dari ia duduk disepeda motornya, memakai helm, hingga ia
meluncur pulang. Saat ia bersantai menunggangi sang motor, sang kakak telah
dibelakangnya. Seperti biasa, ia pelan mengiring disebelah Tiara, memperhatikan
dari atas hingga kaki, lalu membunyikan clakson sembari tersenyum berlari.
Temannya yang acuh itu memberikan siulan & member 2 jempol buat sang kakak.
Tiara yang senyum-senyum pun berfikir, “apa
maksudnya ? apa sebenarnya yang mereka fikirkan & bicarakan selama ini ?”.
Saat Tiara harus buru-buru melaju sepeda
motornya, sang kakak menoleh kearahnya & lagi-lagi memberikan senyumannya.
Dirumah,
Tiara benar-benar tak habis berfikir. Kok bisa yach ? ada kakak kelas, keren,
kuliah, dikampus lagi yang memberikan hal special untuknya ?
Bukannya itu kakak yang selalu ia perhatikan,
berpenampilan rapi, keren, mengendarai Blade lagi. Benar-benar pemandangan yang
enak dilihat. Sebuah mimpi yang menjadi kenyataan. Bisa dekat dengan idola. Kok
bisa ?
Ternyata tuhan itu adil, ada juga akhirnya
kebahagiaan untuk gadis malank seperti ku. Fikirnya.
Ia
pun memberanikan diri untuk bertanya pada temannya yang mengenal kakak itu.
Bahkan, Heni mengatakan, kakak itu menyukai Tiara & sering memperhatikan
Tiara.
“oh itu, namanya Samedin. Dia kerjanya dibengkel
sendiri dari SMA to”
“bengkel, wow. Kelihatannya anaknya sederhana
& lucu lagi. Oh, aq mahu”. Tiara girang.
Lagi-lagi Tiara menghayal. “Punya pacar 1
kampus, punya usaha sendiri, bengkel lagi. Berarti dia pnter to. Oh, so sweet
banget ce, gue to beruntung banget ! namanya sama lucunya dengan tingkahnya
yang menggemaskan itu”.
Hari
ini, karna Tiara mengadakan acar bersama teman-temannya. Jadi ia tak bisa
mendengar sapaan & terlempar senyuman dari sang kakak. Tapi saat akan
mengakhiri dikampus, Tiara bertemu sang kakak yang saat itu asyik bermain
handphone, ia hanya menoleh sembari tersenyum. & baru kaili ini, temannya
mahu peduli pada Tiara, walau isi perkataannya agak sadis.
Esoknya,
saat Tiara bertemu di halaman kampus, Tiara memberanikan member senyumannya
pada sang kakak yang tak jauh dari sisinya. Tapi sang kakak tak banyak
bereaksi. Ia hanya tersenyum polos. Kok tumben to kakak dingin. Tapi saat Tiara
berlalu, ia baru sadar bahwa sang kakak berlalu tak jauh darinya. Kemungkinan
sang kakak memang memperhatikannya dari tadi.
Hari
rabu, sang kakak yang ternyata bernama SAMEDIN itu terlambat datang
kekampus.itu artinya tak ada yang memperhatikannya saat ia sampai dihalaman
kampus.
Saat pelajaran belum dimulai, ia tetap menanti,
kapan motor merah & pemiliknya itu tiba dikampus. Hingga perkuliahan
dimulai, ia baru mendengar dering motor itu memarkir dikampus. Saat belajar, ia
selalu memperhatikan sang kakak yang bisa ia lihat jika keluar dari ruang
kelasnya.
Karna sang dosen sakit, maka perkuliahan
dipercepat. Ia akhirnya yang terlebih dahulu pulang. Tiara mencoba sepelan
mungkin mengendarai sepeda motornya. Tapi ia tak kunjung dihampiri sang kakak
untuk memberikan senyumannya seperti biasa. Hingga diujung perpisahan, ia tak
juga bertemu dengan sang kakak. Akhir yang tak menyenangkan.
Tiara
meminta nomor HP sang kakak dari temannya. Bahkan ia telah berhayal, ne akan
menjadi obrolan yang sangat seru.
Dengan jantung yang berdetak kuat, ia
memberanikan menelfon Pria yang selalu ia & teman-temannya juluki dengan
sebutan “si Cantik”. Karna ia
langsung mahu ikut berfoto & gayanya melebihi perempuan
disebelah-sebelahnya.
“ halo, ini siapa?” suara itu tetap sama
ditelinga Tiara
Sembari jantungnya yang berdetak sangat kencang
& tertatih, ia tetap memberanikan diri berbicara “ ne kak Samedin yach ?”
“iya, ini siapa”
“kakak ga kenal sama aq yach, emank sich. Kita
belom kenalan”
“ yach iyalah. Ne ja nomor baru dihape q. ini
siapa ?”
“ini orang yang selalu kakak berikan senyuman saat
pulang kuliah”
“ yach siapa?”
“mank tiap dikampus semmua orang kakak gitukan
yach, wah gue dunk yang kegeeran”
“ yach iya lah. Kita kan manusia, pasti
membutuhkan orang laen. Jadi ngapaen kita sombong-sombong”. Iya juga fikir
Tiara.
“ yach da lah yach kak, qalo gitu”
“yach da, matiinlah. Ne ja selesai mandi mau
pergi” ia langsung memutuskan telefon.
Kebayang betapa malunya hati Tiara saat itu.
Tanpa ketemu wajah saja, ia merasa MALU SEKALI ! apalagi bila nanti dikampus.
Mahu ditaro dimana to muka.
Tiara membaringkan tubuhnya dikamar sembari
memeluk guling kesayangannya, ia pun menangis. Ternyata, semuanya hanya rasa
Geernya yang sangat tinggi & Obsesinya yang terlalu tinggi untuk memiliki
kekasih 1 kampus. Kisahnya masih sama, tak ada utusan yang bisa menemaninya. Ia
masih & masih ditakdirkan untuk sendiri.
Karna terlalu bahagianya saat hati itu melambung
tinggi, Ia tak pernah berfikir sebaliknya. Bahwa ia bisa saja terjatuh karna
terlalu membumbung tinggi jauh menembus angkasa.
Semuanya kini tlah berakhir. Tiarapun harus
terbangun dari tidurnya. Mimpi itu menjadi petaka dikehidupan nyata nya.
Mengurangi harga dirinya. & menjadi bahan tertawaan orang-orang yang
mendengarkan ceritanya.
Sejak saat itu, sang
kakak tak pernah menyapa dihandphonenya. Berarti memang benar, Samedin hanya
menghargai foto itu & saat itu. Bukan memiliki rasa yang lebih pada Tiara,
apalagi cinta.
Senin
ini, rasanya ia tak ingin kuliah. Rasanya ia benar-benar malu bila menghadap
cowo’ berambut kriting itu. Tapi ia tetap menghadapinya. Karna ada kuis mata
pelajaran MIPA, ia tak mungkin tak hadir.
Saat ia sampai dihalaman kampus, sang kakak
sudah terlebih dulu datang disana & memperhatikan. Tiara hanya tertunduk
sembari bergegas menuju kelas. Tapi apesnya, ia malah menabrak teman Samedin
yang angkuh itu. & benar saja, “woy, baru diramahin ja dirimu sudah
kegeeran. Apalagi didekati. Makanya Din, ga usah didekati cewe’, apalagi yang
ini. Kalo aq malu kali. Moncotlah dari kampus”. Dengan nada yang keras sehingga
semua orang tahu iapun tertawa lepas menghujam diwajah gadis tak beruntung itu.
Tanpa reaksi apapun, Samedin berlalu meninggalkan Tiara, tanpa memberikan
pembelaan kepada gadis yang menyayanginya.
Dengan dapat menyimpan airmatanya yang sudah
akan terlepas dari sarangnya, tapi ia tak dapat menutupi rasa malunya. Heni
yang menyaksikan hal itu, siap memberikan bahunya untuk sahabatnya yang malank
itu.
Tiara
sadar 1 hal, mungkin kita boleh bermimpi, tapi tak boleh mendahului jalan yang
akan diberikan sebagai petunjuk oleh tuhan. Kita tak boleh tergesah-gesah.
Harusnya ia pasrah. Walau sebenarnya, apa yang dia lakukan tiada dosa sama
sekali.
Saat kita merasa diatas, begitu lebih besar
kemungkinan ia bisa terjatuh lebih dahsyat. Tapi cinta tetaplah Cinta, yang
sekarang cukup abadi dihatinya. Yang dicintainya tahu pun, tak merubah keadaan
sedikitpun. Tapi lebih memperburuk keadaan. Mungkin memang takdir kita, sebagai
seorang wanita hanya ditakdirkan untuk menerima cinta tanpa boleh mencintai.
Apalagi mengungkapkannya, Cinta itu,
hanya cukup tersimpan didalam Hati.
For, Samadan (mY sweEty
heart )
Tidak ada komentar:
Posting Komentar