Minggu, 08 Juli 2012

aq dan si Cantix

Hari ini, Tiara terburu-buru dari rumah untuk pergi membayar uang kuliah yang harus Dtransfer ke sebuah Bank Swasta. “aduh, mana antri lagi, jam berapa lagi q harus menunggu ne, mana ne hari terakhir lagi”. Saat ia harus bersiap antri ternyata ada seorang Bibi yang kebetulan kuliah ditempat Tiara kuliah. “Bu’, titip dunk”. Ia pun menyodorkan kertas berisi Transaksi yang akan dibayarkannya itu.
“ bayar sendiri napa, qalo titip ma Ibu yach jangan kemana-mana. Qalo ditinggal ga Ibu bayarkan nanti”.
“ iya dech bu, Tiara nunggu didepan yach”

          Saat didepan, Tiara termenung sendiri. & ketika handphonenya bordering ia baru
ingat saatnya berfoto ne. ia bersama dua temannya Sinta & Heni pun berfoto ria.saat ia
asyik berfoto,kakak kelas memperhatikannya.
penjaga parkirpun ikut ambil bagian didalam foto Tiara. “kakak mo ikut ? sini”.
Kakak kelas berbaju Hijau & memakai topi itu pun menurut. Tiara yang memang menyukai
Membenahkan topi yang menutupi rambut kriting itu. Dengan gaya jari telunjuk & tengah
Membelakangi kamera ia pun tersenyum bersama Tiara & dua temennya dalam fotonya.
“mentel juga to abang yach tiara, udah cowo’ sendiri, mau pula foto bareng kita”.
“ ha-ha, seru-seru, dengan gaya nya yang cantik,” tambah Heni
         
Keasyikan berfoto, akhirnya terbayar sudah uang kuliah Tiara dipusatnya. Ia hanya
Tinggal memberikan berkas itu pada pengurus kampus.
“ ayok, abang duluan yach” kakak kelas itu mengucapkan salam sembari tersenyum itu pergi
Menuju kampus. Disusul dengan Tiara yang juga akan melncur kekampus.


          Pagi ini, Tiara mengajak Heni untuk memberikan berkas yang harus diberikan
kepada pengurus kampus ke kampus. Saat itu, smester 3 belum aktif  kuliah. Ia bertemu
dengan kakak kelas yang ikut berpartisipasi dalam foto-foto ala antrian sebuah Bank.
Ia pun memperhatikan sang kakak kelas yang asyik menerima telfon itu. “gila, to cowo’ OK
Juga. Uh, kapan yach q bisa deket ma kakak kelas ?”. Tiara pun berandai-andai.

Sejak saat itu, ia selalu teringat sang kakak berambut kriting itu. Kapan ia lewat. Tak
Berapa Lama, saat mata menerawang jauh, sang kakak pun muncul. Tanpa disadari, bibirnya tersenyum & ternyata juga sang kakak membalas senyum Tiara.
Setiap ia menuju kekampus, ia pasti bertemu sang kakak & Tiara selalu menyapa dahulu karna memang Tiaralah yang melihat dulu, tak lupa pula gaya cantik sang kakak saat difoto turut Tiara peragakan. & kakak yang memang jadi ramah itu pun selalu membalaz dengan caranya yang cantik, menjulurkan lidah ala dirinya.


          Saat perkuliahan dimulai, setiap hari ia bertemu dengan kakak smester 5 itu. Dari jauh, Tiara memperhatikannya. Tanpa sang kakak itu tahu. Tapi juga terkadang mereka sama-sama melihat, tapi akhirnya sama-sama membuang pandangan yang bertemu itu.

          Hari ini, anak smester 5 salah satunya keluarganya terkena musibah, selayaknya kemanusiaan yang dilakukan. Teman-temannya meminta keiklasan setiap kelas untuk memberikan bantuan. Saat itu, kakak berambut kriting yang meminta bantuan dikelas Tiara. Yang terjadi masih sama, saat Tiara memperhatikannya, ia acuh. Tapi juga tak jarang, mereka sama-sama memperhatikan. Saat mereka berdiri berdekatan, rasanya Tiara ingin memberikan senyuman, tapi ia tak mampu. & ia juga selalu berharap akan sapaan dari sang kakak. Rasanya, sesaat setelah kejadian itu, jantung Tiara selalu berdetak hebat bila melihat apalagi berdekatan dengan sang kakak.


          Hari ini, Tiara menuju kantin sekolah. Kakak sweety nya pun berada disana.
“ hy adex, mau cari apa ne ?” saat itu ia bersama temannya yang cuek banget.
“ne, kakak cari apa ?” Tiara menunjukkan botol yang dipegangnya. “kakak cari apa ? ne dunk minuman buat cowo”. Tiara menunjukan botol minuman penambah stamina pada sang kakak.
Saat sang kakak akan berlalu pergi meninggalkan kampus “foto selebrity masih ada dex ?”
“oh, masih. Tenang ja, tersimpan rapi kok dihandphone ne”. Tiara menunjukkan Handphone nya. Saat sang kakak akan pergi, ia tak lupa menutupnya dengan senyuman yang membuat Tiara mengeluarkan keringat dingin.


          Hari ini, bersama sahabatnya Heni, Tiara pergi kesebuah bengkel untuk menyerviskan sepeda motornya. Mata nya menuju satu buah sepeda motor berwarna merah.
“neng” sapaan akrab Tiara pada sahabatnya
“ napa ?”
“ne motor ngingetin gue ma seseorang” sambil tersenyum malu, ia mencoba membuka. Selama ini, Tiara tak berani mengatakan apa yang dirasakan nya tentang kakak kelas itu.
“siapa ?, siCantik ?” Heni pun tersenyum melihat ekspresi wajah Tiara yang malu-malu meonk. “jadi selama ne kamu memperhatikan dia ?”
“he-he, ia ne neng. Dia to sweety q dikampus. Gila aja qalo sampe q bisa deket ma dia” Tiarapun berhayal bisa menjadi pacar sang kakak.
“pantesan, dia sering ngeliatin aja, ini to”
Perkataan Heni sontak membuat Tiara beranjak dari kursi yang ua duduki. “sumpah lo neng, masak dia sering meratiin. Ih neng, dia sweety q. q sering ngerasa seperti itu juga. Tapi apa iya ?” rona kebahagiaan menyelimuti wajah yang lebih sering berirama Senduh itu.
“ ia, kadang-kadang q peratiin itu. Dia ngeliatin juga”. Heni baru menyadari apa yang dirasakan sahabatnya yang dikenal semasa awal mereka sama-sama memasuki gerbang kuliah tersebut.
“wih, gila lah neng, ga tahu lah neng. Sejak saat itu, aq ngerasa ada yang aneh ma diri ku. Tapi nyebelin, kemaren to waktu rapat, sering banget posisi kita to deket-deketan. Tapi dia cuek. Tapi kadang-kadang sama-sama meratiin. Kadang-kadang aq ngerasa dia pengen nyapa, tapi dia g berani. Apa iya q fikir. Eh, tapi dia malah ngomong ma orang laen. Kan nyebelin to, awak da berharap disapa. Gue duluan yach mana beranilah”.
Heni senyum-senyum mendengar pengakuan sahabatnya yang cukup mengagetkan juga.



          Tiara tak berani menyapa duluan, tapi ia mencoba. Saat bertemu dijalan, sang kakak akan diam saja atau basa-basi atau malah mempercepat laju motornya.
Tak lama, sang kakak berambut kriting to pun menghampiri Tiara.
“ hati-hati kamu yach naek motornya” tanpa melupakan senyum termanisnya. Sembari berlalu
“oh, yach-yach-yach” jawab Tiara spontan. “oh Tuhan, mimpi apa gue semalem, kakak itu menyapa gue. Oh No ! mungkin buat orang laen, semua ini tak berarti apa-apa. Tapi buat gue, ne to berharga banget kak”.
Sepanjang jalan, Tiara senyum-senyum sendiri. Bahkan dirumah pun, saat ia teringat, ia merasa greget sendiri dan senyum-senyum.
Tiara pun mengupdate status Face Booknya
“ 1 hari, gue sebel karna saat deketpun dicuekin
1 hari kemudian, tak bertemu dikampus. Entah dia tak kuliah atau terlambat datang
Tapi hari ini, dipenghujung minggu perkuliahan. Ia memberikan senyum manisnya & mengucapkan kata yang indah buat q
Oh, Thanks God. I Like It”

          Tiara berfikir, mungkin semuanya tak boleh diakhiri. Rasa bosan & malu sempat menghinggapi Fikirannya karna ia yang selalu rajin menyapa sang kakak. Ia bahkan hampir menyerah. Tapi hari itu, kakak sweety itu memberikan harapan yang indah untuknya.
“ semua ini tak seharusnya diakhiri, aq harus menggunakannya dengan baik. Mungkin inilah jalannya agar gue bisa deket ma kakak kelas, apalagi jadi pacarnya. Oh, so sweet banget ! bukannya itu impian gue dari dulu.punya pacar 1 kampus, kakak kelas. Wow !
Mungkin ini hikmah dari semua, hidup tak selamanya pahit. Apakah dia yang ditunjukan Tuhan untuk mencintaiku, menemaniku, & menjadi pacarq ?”.
Lagi-lagi Tiara berhayal menjadi pacar seorang cowo berambut kriting, mengendarai Blade berwarna merah, Lucu, & sederhana. Ada yang mengasihinya, menyayanginya, & setia untuk nya.
          Senin, saatnya untuk kuliah. Saat ada yang memperhatikannya. Ia harus berpenampilan sebagus mungkin. Saat memasuki gerbang kampus. Pria cantik itu sudah terlebih dulu memarkirkan sepeda motornya. Ia sudah memperhatikan Tiara sejak tiara memasuki gerbang kampus. Tiara mencoba melirik kakak kesayangannya itu dibalik helm yang menutupi wajahnya. Karna Tiara merasa diperhatikan, ia tak ingin menampakkan wajahnya yang sendu. Ia tampil seceriah mungkin & bercengkramah ria bersama temannya. Tapi ia tak berani menoleh dimana sang kakak berada.
          Dari sudut ruangannya, ia selalu memperhatikan kapan sang kakak keluar untuk mengerjakan sesuatu. Rasanya ia lebih senang memperhatikan halaman kampus ketimbang mengikuti pelajaran yang saat itu sedang berlangsung.
Saat pelajaran pengantar dasar MIPA, sang dosen selalu mengulur waktu pulang. Sedangkan sang kakak sudah keluar menghadap motornya untuk segera pulang. Tapi, seperti ia sengaja menunggu Tiara pulang, ia pun setia menunggu. Saat Tiara keluar dari kelas, ia merasa sang kakak memperhatikannya. Dari ia duduk disepeda motornya, memakai helm, hingga ia meluncur pulang. Saat ia bersantai menunggangi sang motor, sang kakak telah dibelakangnya. Seperti biasa, ia pelan mengiring disebelah Tiara, memperhatikan dari atas hingga kaki, lalu membunyikan clakson sembari tersenyum berlari. Temannya yang acuh itu memberikan siulan & member 2 jempol buat sang kakak.
Tiara yang senyum-senyum pun berfikir, “apa maksudnya ? apa sebenarnya yang mereka fikirkan & bicarakan selama ini ?”.
Saat Tiara harus buru-buru melaju sepeda motornya, sang kakak menoleh kearahnya & lagi-lagi memberikan senyumannya.

          Dirumah, Tiara benar-benar tak habis berfikir. Kok bisa yach ? ada kakak kelas, keren, kuliah, dikampus lagi yang memberikan hal special untuknya ?
Bukannya itu kakak yang selalu ia perhatikan, berpenampilan rapi, keren, mengendarai Blade lagi. Benar-benar pemandangan yang enak dilihat. Sebuah mimpi yang menjadi kenyataan. Bisa dekat dengan idola. Kok bisa ?
Ternyata tuhan itu adil, ada juga akhirnya kebahagiaan untuk gadis malank seperti ku. Fikirnya.


          Ia pun memberanikan diri untuk bertanya pada temannya yang mengenal kakak itu. Bahkan, Heni mengatakan, kakak itu menyukai Tiara & sering memperhatikan Tiara.
“oh itu, namanya Samedin. Dia kerjanya dibengkel sendiri dari SMA to”
“bengkel, wow. Kelihatannya anaknya sederhana & lucu lagi. Oh, aq mahu”. Tiara girang.
Lagi-lagi Tiara menghayal. “Punya pacar 1 kampus, punya usaha sendiri, bengkel lagi. Berarti dia pnter to. Oh, so sweet banget ce, gue to beruntung banget ! namanya sama lucunya dengan tingkahnya yang menggemaskan itu”.

          Hari ini, karna Tiara mengadakan acar bersama teman-temannya. Jadi ia tak bisa mendengar sapaan & terlempar senyuman dari sang kakak. Tapi saat akan mengakhiri dikampus, Tiara bertemu sang kakak yang saat itu asyik bermain handphone, ia hanya menoleh sembari tersenyum. & baru kaili ini, temannya mahu peduli pada Tiara, walau isi perkataannya agak sadis.
          Esoknya, saat Tiara bertemu di halaman kampus, Tiara memberanikan member senyumannya pada sang kakak yang tak jauh dari sisinya. Tapi sang kakak tak banyak bereaksi. Ia hanya tersenyum polos. Kok tumben to kakak dingin. Tapi saat Tiara berlalu, ia baru sadar bahwa sang kakak berlalu tak jauh darinya. Kemungkinan sang kakak memang memperhatikannya dari tadi.
          Hari rabu, sang kakak yang ternyata bernama SAMEDIN itu terlambat datang kekampus.itu artinya tak ada yang memperhatikannya saat ia sampai dihalaman kampus.
Saat pelajaran belum dimulai, ia tetap menanti, kapan motor merah & pemiliknya itu tiba dikampus. Hingga perkuliahan dimulai, ia baru mendengar dering motor itu memarkir dikampus. Saat belajar, ia selalu memperhatikan sang kakak yang bisa ia lihat jika keluar dari ruang kelasnya.
Karna sang dosen sakit, maka perkuliahan dipercepat. Ia akhirnya yang terlebih dahulu pulang. Tiara mencoba sepelan mungkin mengendarai sepeda motornya. Tapi ia tak kunjung dihampiri sang kakak untuk memberikan senyumannya seperti biasa. Hingga diujung perpisahan, ia tak juga bertemu dengan sang kakak. Akhir yang tak menyenangkan.


          Tiara meminta nomor HP sang kakak dari temannya. Bahkan ia telah berhayal, ne akan menjadi obrolan yang sangat seru.
Dengan jantung yang berdetak kuat, ia memberanikan menelfon Pria yang selalu ia & teman-temannya juluki dengan sebutan “si Cantik”. Karna ia langsung mahu ikut berfoto & gayanya melebihi perempuan disebelah-sebelahnya.
“ halo, ini siapa?” suara itu tetap sama ditelinga Tiara
Sembari jantungnya yang berdetak sangat kencang & tertatih, ia tetap memberanikan diri berbicara “ ne kak Samedin yach ?”
“iya, ini siapa”
“kakak ga kenal sama aq yach, emank sich. Kita belom kenalan”
“ yach iyalah. Ne ja nomor baru dihape q. ini siapa ?”
“ini orang yang selalu kakak berikan senyuman saat pulang kuliah”
“ yach siapa?”
“mank tiap dikampus semmua orang kakak gitukan yach, wah gue dunk yang kegeeran”
“ yach iya lah. Kita kan manusia, pasti membutuhkan orang laen. Jadi ngapaen kita sombong-sombong”. Iya juga fikir Tiara.
“ yach da lah yach kak, qalo gitu”
“yach da, matiinlah. Ne ja selesai mandi mau pergi” ia langsung memutuskan telefon.
Kebayang betapa malunya hati Tiara saat itu. Tanpa ketemu wajah saja, ia merasa MALU SEKALI ! apalagi bila nanti dikampus. Mahu ditaro dimana to muka.
Tiara membaringkan tubuhnya dikamar sembari memeluk guling kesayangannya, ia pun menangis. Ternyata, semuanya hanya rasa Geernya yang sangat tinggi & Obsesinya yang terlalu tinggi untuk memiliki kekasih 1 kampus. Kisahnya masih sama, tak ada utusan yang bisa menemaninya. Ia masih & masih ditakdirkan untuk sendiri.
Karna terlalu bahagianya saat hati itu melambung tinggi, Ia tak pernah berfikir sebaliknya. Bahwa ia bisa saja terjatuh karna terlalu membumbung tinggi jauh menembus angkasa.
Semuanya kini tlah berakhir. Tiarapun harus terbangun dari tidurnya. Mimpi itu menjadi petaka dikehidupan nyata nya. Mengurangi harga dirinya. & menjadi bahan tertawaan orang-orang yang mendengarkan ceritanya.

Sejak saat itu, sang kakak tak pernah menyapa dihandphonenya. Berarti memang benar, Samedin hanya menghargai foto itu & saat itu. Bukan memiliki rasa yang lebih pada Tiara, apalagi cinta.
          Senin ini, rasanya ia tak ingin kuliah. Rasanya ia benar-benar malu bila menghadap cowo’ berambut kriting itu. Tapi ia tetap menghadapinya. Karna ada kuis mata pelajaran MIPA, ia tak mungkin tak hadir.
Saat ia sampai dihalaman kampus, sang kakak sudah terlebih dulu datang disana & memperhatikan. Tiara hanya tertunduk sembari bergegas menuju kelas. Tapi apesnya, ia malah menabrak teman Samedin yang angkuh itu. & benar saja, “woy, baru diramahin ja dirimu sudah kegeeran. Apalagi didekati. Makanya Din, ga usah didekati cewe’, apalagi yang ini. Kalo aq malu kali. Moncotlah dari kampus”. Dengan nada yang keras sehingga semua orang tahu iapun tertawa lepas menghujam diwajah gadis tak beruntung itu. Tanpa reaksi apapun, Samedin berlalu meninggalkan Tiara, tanpa memberikan pembelaan kepada gadis yang menyayanginya.
Dengan dapat menyimpan airmatanya yang sudah akan terlepas dari sarangnya, tapi ia tak dapat menutupi rasa malunya. Heni yang menyaksikan hal itu, siap memberikan bahunya untuk sahabatnya yang malank itu.

          Tiara sadar 1 hal, mungkin kita boleh bermimpi, tapi tak boleh mendahului jalan yang akan diberikan sebagai petunjuk oleh tuhan. Kita tak boleh tergesah-gesah. Harusnya ia pasrah. Walau sebenarnya, apa yang dia lakukan tiada dosa sama sekali.
Saat kita merasa diatas, begitu lebih besar kemungkinan ia bisa terjatuh lebih dahsyat. Tapi cinta tetaplah Cinta, yang sekarang cukup abadi dihatinya. Yang dicintainya tahu pun, tak merubah keadaan sedikitpun. Tapi lebih memperburuk keadaan. Mungkin memang takdir kita, sebagai seorang wanita hanya ditakdirkan untuk menerima cinta tanpa boleh mencintai. Apalagi mengungkapkannya, Cinta itu, hanya cukup tersimpan didalam Hati.

For, Samadan (mY sweEty heart )

Tidak ada komentar:

Posting Komentar