Rabu, 11 Juli 2012

Alat musik Tradisional dan keunikannya


angklunglAlat Musik Tradisional
&
keUnikannya
D
I
S
U
S
U
N
Oleh :
Dinda Sari Larasati


Alat Musik Tradisional Indonesia

            Siapa yang pernah tahu berapa jumlah pasti alat musik tradisional Indonesia.  Sungguh sebuah kekayaan intelektual milik budaya Indonesia yang tak ternilai harganya.  Namun dilain pihak banyak pula yang tidak mengetahui bahkan sama sekali belum pernah mendengar alat musik tradisional tersebut dimainkan, ditengah derasnya industri musik modern alat musik tradisional ini semakin terpinggirkan.
            Alat musik tradisional yang merupakan alat musik khas Indonesia memiliki banyak ragam dari berbagai daerah di Indonesia, namun banyak pula dari alat musik tradisional Indonesia ‘dicuri’ oleh negara lain untuk kepentingan penambahan budaya dan seni musiknya sendiri dengan mematenkan hak cipta seni budaya dari Indonesia.

BEBERAPA ALAT MUSIK TRADISIONAL INDONESIA


1.      TANJIDOR

http://htmlimg2.scribdassets.com/hfv6k4620ah78xs/images/31-4e53e0759a/000.png
            Tanjidor adalah salah satu musik tradisional Betawi yang sekarang sudah mulai jarang ditemukan. Tanjidor adalah salah satu jenis musik yang banyak mendapat pengaruh dari musik Eropa. Kata "tanjidor" adalh kata dalam bahasa Portugis tangedor, yang artinya "alat - alat musik berdawai". Dalam kenyataanya, arti kata tanjidor tidak sesuai dengan alat - alat musik yang dimainkan, dalam tanjidor, alat - alat musik yang dimainkan kebanyakan adalah alat musik tiup seperti, karinet, trombon, piston, seksofon. Secara lengkap instrumen musik yang digunakan dalam orkes tanjidor adalah klarinet, pistone, trombon, terompet, seksofon tenor, seksofone bass, drum, simbal, side drum. Biasanya pemain tanjidor terdiri dari 10 - 7 orang pemain musik dan 1 - 2 orang penyanyi. Musik yang muncul pada abad ke-18 ini, pada zaman dahulu sering dimainkan oleh para sekelompok petani yang menghabiskan waktunya setelah musim panen. Mereka biasanya menunjukan kebolehan mereka dengan cara mengamen dari rumah ke rumah, dari restoran ke restoran.
            Pada zaman dahulu tanjidor juga sering ditampilkan dalam acara - acara besar, seperti acara Hari besar islam, parayaan cina yang sering disebut "Cap Go Meh", atau bisa ditemukan juga pada hari sedekah bumi yang menjadi tradisi masyarakat petani Cirebon. Namun pada akhir - akhir ini musik tanjidor sudah jarang sekali ditampilkan, munkin hanya sesekali saja, biasanya untuk sekarang - sekarang ini tanjidor hanya ditampilkan pada waktu Penyambutan tamu agung, Perhelatan/pengarakan pengantin. Adapun lagu - lagu yang sering dimainkan dalam orkes tanjidor adalah Kramton dan Bananas (yang merupakan lagu Belanda), Cente Manis, Keramat Karam, Merpati Putih, Surilang. Adapun lagu yang terkenal adalah Warung Pojok.

2.      RINDING

http://htmlimg1.scribdassets.com/hfv6k4620ah78xs/images/29-e264e77111/001.jpg

Alat Musik Tradisional Desa Beji
            Desa Beji memiliki alat musik tradisional yang bernama Rinding. Masyarakat Desa
Beji meyakini bahwa Rinding merupakan alat musik warisan para leluhur,
khususnya Kecamatan Ngawen dan sekitarnya.Bahan baku Rinding adalah bambu. Rinding berukuran panjang sekitar 20 centimeter dan lebar sekitar 5 centimeter. Untuk menghasilkan suara, Rinding dimainkan dengan cara ditempelkan di mulut dan ditiup. Bunyi musik akan tercipta
dengan menarik tali berulang-ulang sesuai nada.
"Tidak semua orang dapat memainkan Rinding. Orang tua kami mengatakan
bahwa Rinding merupakan alat musik untuk menghormati arwah para leluhur,"
kata Sudiyo (70), sesepuh pengelola Hutan Wonosadi.
Rinding hanya dimainkan pada saat acara Sadranan di Hutan Wonosadi. Sadranan
merupakan ritual yang dilakukan setahun sekali setelah panen.(BJ-33)


3.      PANTING


http://htmlimg2.scribdassets.com/hfv6k4620ah78xs/images/5-54d68314c0/001.jpg
ALAT MUSIK DARI BANJARMASIN
          Panting, adalah salah satu alat musik akustik pada perangkat musik
panting yang dipergunakan oleh para pemain musik panting
terutama di provinsi Kalimantan Selatan. Lagu-lagu yang dibawakan
adalah lagu-lagu daerah dengan bahasa Banjar seperti Kambang
Goyang, Paris Barantai, dst. Pada umumnya alat musik ini terbuat dari
bahan kayu nangka.

4.      REBANA

rebana_jawa

           
            Rebana merupakan alat music islami, terbuat dari papan kayu pilihan, dibulatkan dengan pisau khusus dan dilobangi dengan mesin bubut dengan desain khusus pula. Pada sisi sebelahnya dipasang kulit yang sudah dikeringkan dan disamak putih.
            Eksistensi Rebana di desa Kaliwadas, kecamatan Bumiayu, Jawa tengah berawal dari keuletan Bapak Madali ( alm ) dan Bapak Toip sebagai pembantu dalam membuat alat music pengiring Sholawat ini pada tahun 1950-an. Saat itu pembuatan rebana boleh dibilang masih sebagai pengisi waktu luang disela – sela kesibukan mereka bertani.
Pembeli serta penikmat suaranya yang khas pun masih terbatas orang – orang berusia tua dan di daerah terdekat saja.
            Jenis rebana saat itu hanya ada 2 macam :
1.      Rebana Syaraka dengan diameter 38 – 39 cm, tinggi 10 cm terbuat dari kayu mangga, laban hingga sawo dan
2.      Rebana Jawa Klasik yang terbuat dari kayu kelapa ( Glugu ) sebagai adaptasi alat music yang konon dipopulerkan oleh Sunan Kalijaga.

            Tahun 1970-an H. Sulaiman ( alm ) seorang pengusaha dari Tasikmalaya yang membuka tokoh aksesoris dari kerang – kerang laut di jalan pasar ikan, Jakarta datang berkunjung. Beliau sempat tertarik melihat ketekunan dan kerajinan Bapak Toip yang notabene ayah kami dalam membuat  rebana sehingga kemudian mengajaknya membuka usaha sendiri dan memberinya modal yang kelak menjadi modal gratis !
            Nah, kemudian dari tokoh dengan nama “Setia” inilah kemudian rebana dikenal luas. Puncak kejayaannya terjadi pada tahun 1999 hingga sekarang.



5.      ANGKLUNG



angklung

            Angklung adalah alat musik multitonal ( bernada ganda ) yang secara tradisional berkembang dalam masyarakat berbahasa Sunda di pulau Jawa bagian Barat. Alat music ini dibuat dari bambu, dibunyikan dengan cara digoyangkan ( bunyi disebabkan oleh benturan badan pipa bambu ) sehingga menghasilkan bunyi yang bergetar dalam susunan nada 2, 3, sampai 4 nada dalam setiap ukuran, baik besar maupun kecil. Laras ( nada ) alat music angklung  sebagai music tradisi Sunda kebanyakan adalah Salendro dan Pelok.
            Angklung terdaftar sebagai Karya Agung Warisan Budaya Lisan dan Nonbendawi Manusia dari UNESCO sejak November 2010.
            Asal – usul
            Tidak ada petunjuk sejak kapan angklung digunakan, tetapi diduga bentuk primitifnya telah digunakan dalam kultur Neolitikum yang berkembang di Nusantara sampai awal penanggalan Modern, sehingga angklung merupakan bagian dari relic pra – Hinduisme dalam kebudayaan Nusantara.
            Catatan mengenai angklung baru muncul merujuk pada masa Kerajaan Sunda ( abad ke – 12 sampai abad ke – 16 ). Asal – usul terciptanya music bamboo, seperti angklung berdasarkan pandangan hidup masyarakat Sunda yang agraris dengan sumber kehidupan dari padi ( pare ) sebagai makanan pokoknya. Hal ini melahirkan mitos kepercayaan terhadap Nyai Sri Pohaci sebagai lambang dewi padi pemberi kehidupan ( hirup – hurip ). Masyarakat Baduy, yang dianggap sebagai sisah – sisah masyarakat sunda asli, menerapkan angklung sebagai bagian dari ritual mengawali penanaman Padi. Permainan angklung gubrag di Jasinga, Bogor, adalah salah satu yang masih hidup sejak lebih dari 400 tahun lampau. Kemunculannya berasal dari ritus padi. Angklung diciptakan dan dimainkan untuk memikat dewi Sri turun kebumi agar tanaman Padi rakyat tumbuh subur.
            Jenis bamboo yang biasa digunakan sebagai alat music tersebut adalah bambu hitam
( awi wulung ) dan bambu putih ( awu temen ). Tiap nada ( laras ) dihasilkan dari bunyi bambunya yang terbentuk bilah ( wilahan ) setiap ruas bamboo dari ukuran kecil hingga besar.
            Dikenal oleh masyarakat Sunda sejak masa Kerajaan Sunda diantaranya sebagai pengunggah semangat dalam pertempuran. Fungsi angklung sebagai pemompa semangat rakyat masih terus terasa sampai pada masa penjajahan, sebab itu pemerintah Hindia Belanda sempat melarang masyarakat menggunakan angklung, pelarangan itu sempat membuat popularitas angklung menurun dan hanya dimainkan oleh anak – anak pada waktu itu.
            Selanjutnya lagu – lagu persembahan terhadap Dewi Sri tersebut disertai dengan pengiring bunyi tabuh yang terbuat dari batang – batang bamboo yang dikemas sederhana yang kemudian lahirlah struktur alat music bambu yang kita kenal sekarang bernama angklung. Kemudian pula pada saat pesta panen dan seren taun dipersembahkan permainan angklung. Terutama pada penyajian angklung yang berkaitan dengan upacara padi, kesenian ini menjadi sebuah pertunjukan yang sifatnya arak – arakan atau helaran, bahkan disebagian tempat menjadi iring – iringan Rengkonh dan Dongdang serta Jampana ( usungan pangan ) dan sebagainya.

            Dalam perkembangannya, angklung berkembang dan menyebar ke seantero Jawa, lalu ke Kalimantan dan Sumatera. Pada 1908 tercatat sebuah misi kebudayaan dari Indonesia ke Thailand, antara lain ditandai penyerahan angklung, lalu permainan music bambu ini pun sempat menyebar disana. Bahkan sejak 1966, Udjo Ngalagena_ tokoh angklung yang mengembangkan teknik permainan berdasarkan laras – laras pelog, salendro, dan madenda_mulai mengajarkan bagaimana bermain angklung kepada banyak orang dari berbagai komunitas.

6.      BONANG BARUNG


http://dreamindonesia.files.wordpress.com/2009/09/bonang-barung.jpg?w=300&h=111

           

            Bonang adalah alat music yang digunakan di Jawa Gamelan. Ini adalah kumpulan gong kecil (kadang – kadang disebut “ ceret” atau “pot” ) ditempatkan secara horizontal ke string dalam bingkai kayu ( Rancak ), baik 1 atau 2 baris lebar. Semua ceret memiliki bos pusat, tapi disekitarnya yang lebih rendah bernada datar yang memiliki kepala, sedangkan yang lebih tinggi memiliki melengkung 1. Masing – masing sesuai untuk pitch tertentu dalam skala yang sesuai. Mereka biasanya memukul dengan tongkat berlapis ( tabuh ). Bonang dapat dipalsukan terbuat dari perunggu, di las dan dingin dipalu besi, atau kombinasi dari logam. Selain berbentuk gong bentuk ceret, ekonomis dipalu boning yang terbuat dari besi atau plat kuningan dengan mengangkat bos sering ditemukan di Desa Gamelan, di Suriname Gamelan gaya, dan dalam beberapa gamelan Amerika.
            Bonang barung yang bernada 1 oktaf dibawah boning panerus, dan juga secara umum mencapai 2 oktaf, kira – kira kisaran yang sama seperti demung dan saron digabungkan. Ini adalah salah satu instrument yang paling penting dalam ansambel, karena memberikan banyak isyarat untuk pemain lain dalam gamelan.
Bagian – bagian yang dimainkanoleh boning barung lebih kompleks dari pada banyak instrument dalam gamelan, dengan demikian, pada umumnya dianggap sebagai instrument mengelaborasi. Kadang – kadang memainkan melodi berdasarkan balungan, meskipun umumnya diubah dengan cara yang sederhana. Namun, juga dapat dimainkan pola yang lebih kompleks yang diperoleh dengan menggabungkan barung dan panerus patters, seperti saling silih bergantinya bagian
( imbal ) dan interpolasi dari pola melodi jerau ( sekaran ). Tunggal, i-berbentuk, baris, boning juga merupakan instrument melodi terkemuka di Sunda Degung. Boning mirip dengan Bali reong.




7.      TEROMPET REOG

http://dreamindonesia.files.wordpress.com/2009/09/trompet-reog.jpg?w=271&h=228


            Terompet Reog Ponorogo merupakan alat music tiup. Biasanya dipakai untuk mengiringi Reog Ponorogo. Selain sebagai instrument music etnik yang dimainkan, terompet Reog Ponorogo cocok juga digunakan untuk hiasan atau dekor maupun sebagai koleksi barang antik.



8.      TALEMPONG



http://upload.wikimedia.org/wikipedia/commons/thumb/a/ae/Talempong.jpg/220px-Talempong.jpg
            Talempong adalah sebuah alat musik pukul khas suku bangsa Minangkabau. Bentuknya hampir sama dengan instrumen bonang dalam perangkat gamelan. Talempong dapat terbuat dari kuningan, namun ada pula yang terbuat dari kayu dan batu. Saat ini talempong dari jenis kuningan lebih banyak digunakan. Talempong ini berbentuk bundar pada bagian bawahnya berlobang sedangkan pada bagian atasnya terdapat bundaran yang menonjol berdiameter lima sentimeter sebagai tempat untuk dipukul. Talempong memiliki nada yang berbeda-beda. Bunyi dihasilkan dari sepasang kayu yang dipukulkan pada permukaannya.
            Talempong biasanya digunakan untuk mengiringi tarian pertunjukan atau penyambutan, seperti Tari Piring yang khas, Tari Pasambahan, dan Tari Gelombang. Talempong juga digunakan untuk melantunkan musik menyambut tamu istimewa. Talempong ini memainkanya butuh kejelian dimulai dengan tangga pranada DO dan diakhiri dengan SI Talempong diiringi oleh akord yang cara memainkanya serupa dengan memainkan piano.

9.      KECAPI



http://upload.wikimedia.org/wikipedia/commons/thumb/4/4d/Kacapi-tuners.jpg/220px-Kacapi-tuners.jpg


            Kacapi merupakan alat musik Sunda yang dimainkan sebagai alat musik utama dalam Tembang Sunda atau Mamaos Cianjuran dan kacapi suling.

            Kata kacapi dalam bahasa Sunda juga merujuk kepada tanaman sentul, yang dipercaya kayunya digunakan untuk membuat alat musik kacapi.
Rincian unsur nada dalam sebuah kacapi parahu.
            Kacapi parahu adalah suatu kotak resonansi yang bagian bawahnya diberi lubang resonansi untuk memungkinkan suara keluar. Sisi-sisi jenis kacapi ini dibentuk sedemikian rupa sehingga menyerupai perahu. Di masa lalu, kacapi ini dibuat langsung dari bongkahan kayu dengan memahatnya.


                Kacapi siter merupakan kotak resonansi dengan bidang rata yang sejajar. Serupa dengan kacapi parahu, lubangnya ditempatkan pada bagian bawah. Sisi bagian atas dan bawahnya membentuk trapesium.

            Untuk kedua jenis kacapi ini, tiap dawai diikatkan pada suatu sekrup kecil pada sisi kanan atas kotak. Mereka dapat ditala dalam berbagai sistem: pelog, sorog/madenda, atau salendro.

            Saat ini, kotak resonansi kacapi dibuat dengan cara mengelem sisi-sisi enam bidang kayu.


http://upload.wikimedia.org/wikipedia/commons/thumb/c/c8/Kacapi-bridges.jpg/220px-Kacapi-bridges.jpg

Rincian pawn-bridges pada sebuah kacapi parahu.




Kacapi indung dan kacapi rincik.
Menurut fungsinya dalam mengiringi musik, kacapi dimainkan sebagai:
  1. Kacapi indung atau kacapi induk
  2. Kacapi rincik atau kacapi anak

http://upload.wikimedia.org/wikipedia/commons/thumb/1/12/Kacapi-rincik-covered.jpg/220px-Kacapi-rincik-covered.jpg



           

            Kacapi indung

            Kacapi indung memimpin musik dengan cara memberikan intro, bridges, dan interlude, juga menentukan tempo. Untuk tujuan ini, digunakan sebuah kacapi besar dengan 18 atau 20 dawai.

10.   GONG

http://upload.wikimedia.org/wikipedia/commons/thumb/7/7e/Traditional_indonesian_instruments04.jpg/200px-Traditional_indonesian_instruments04.jpg
            Gong merupakan sebuah alat musik pukul yang terkenal di Asia Tenggara dan Asia Timur. Gong ini digunakan untuk alat musik tradisional. Saat ini tidak banyak lagi perajin gong seperti ini.
            Gong yang telah ditempa belum dapat ditentukan nadanya. Nada gong baru terbentuk setelah dibilas dan dibersihkan. Apabila nadanya masih belum sesuai, gong dikerok sehingga lapisan perunggunya menjadi lebih tipis. Di Korea Selatan disebut juga Kkwaenggwari. Tetapi kkwaenggwari yang terbuat dari logam berwarna kuningan ini dimainkan dengan cara ditopang oleh kelima jari dan dimainkan dengan cara dipukul sebuah stik pendek. Cara memegang kkwaenggwari menggunakan lima jari ini ternyata memiliki kegunaan khusus, karena satu jari (telunjuk) bisa digunakan untuk meredam getaran gong dan mengurangi volume suara denting yang dihasilkan.
http://upload.wikimedia.org/wikipedia/commons/thumb/6/61/Gandingan_01.jpg/220px-Gandingan_01.jpg


11.  PERERET PENGASIH – ASIH

            Pereret adalah alat musik kuno sejenis trompet yang terbuat dari bahan kayu yang dibentuk sedemikian rupa sehingga menjadi terompet. Pengasih - asih adalah guna - guna ( pelet ) sedangkan jodoh adalah pasangan yang layak sebagai suami atau istri.
            Alat musik ini banyak dibuat di daerah Jembrana, Bali. Biasanya alat musik ini digunakan untuk mengiringi kesenian Sewo Gati. Cara menggunakan Pereret ini adalah dengan meniup alat tersebut sehingga keluar suara yang sangat merdu dan menawan hati.

http://upload.wikimedia.org/wikipedia/id/c/c1/Meniup_Pereret.jpg
Seorang Seniman Bali sedang meniup Pereret-nya


12.   BEDUG


http://upload.wikimedia.org/wikipedia/commons/thumb/e/e4/IslamicCenter-4.jpg/225px-IslamicCenter-4.jpg


            Bedug adalah alat musik tabuh seperti gendang. Bedug merupakan instrumen musik tradisional yang telah digunakan sejak ribuan tahun lalu, yang memiliki fungsi sebagai alat komunikasi tradisional, baik dalam kegiatan ritual keagamaan maupun politik. Di Indonesia, sebuah bedug biasa dibunyikan untuk pemberitahuan mengenai waktu salat atau sembahyang. Bedug terbuat dari sepotong batang kayu besar atau pohon enau sepanjang kira-kira satu meter atau lebih. Bagian tengah batang dilubangi sehingga berbentuk tabung besar. Ujung batang yang berukuran lebih besar ditutup dengan kulit binatang yang berfungsi sebagai membran atau selaput gendang. Bila ditabuh, bedug menimbulkan suara berat, bernada khas, rendah, tetapi dapat terdengar sampai jarak yang cukup jauh.

Sejarah

            Bedug sebenarnya berasal dari India dan Cina. Berdasarkan legenda Cheng Ho dari Cina, ketika ketika Laksamana Cheng Ho datang ke Semarang, mereka disambut baik oleh Raja Jawa pada masa itu. Kemudian, ketika Cheng Ho hendak pergi, dan hendak memberikan hadiah, raja dari Semarang mengatakan bahwa dirinya hanya ingin mendengarkan suara bedug dari masjid. Sejak itulah, bedug kemudian menjadi bagian dari masjid, seperti di negara Cina, Korea dan Jepang, yang memposisikan bedug di kuil-kuil sebagai alat komunikasi ritual keagamaan. Di Indonesia, sebuah bedug biasa dibunyikan untuk pemberitahuan mengani waktu salat atau sembahyang. Saat Orba berkuasa bedug pernah dikeluarkan dari surau dan mesjid karena mengandung unsur-unsur non-Islam. Bedug digantikan oleh pengeras suara. Hal itu dilakukan oleh kaum Islam modernis, namun warga NU melakukan perlawanan sehingga sampai sekarang dapat terlihat masih banyak masjid yang mempertahankan bedug.

Fungsi bedug

  • Fungsi sosial : bedug berfungsi sebagai alat komunikasi atau petanda kegiatan masyarakat, mulai dari ibadah, petanda bahaya, hingga petanda berkumpulnya sebuah komuntas.
  • Fungsi estetika : bedug berfungsi dalam pengembangan dunia kreatif, konsep, dan budaya material musikal.

Cara pembuatan bedug sederhana

            Pada awalnya, kambing atau sapi dikuliti. Kulit hewan yang biasa dibuat sebagai bahan baku bedug antara lain kulit kambing, sapi, kerbau, dan banteng. Kulit sapi putih memiliki kualitas yang lebih baik dibandingkan dengan kulit sapi coklat. Sebab, kulit sapi putih lebih tebal daripada kulit sapi coklat, sehingga bunyi yang dihasilkannya akan berbeda disamping, keawetannya yang lebih rendah. Kemudian, kulit tersebut direndam ke dalam air detergen sekitar 5-10 menit. Jangan terlalu lama agar tidak rusak. Lalu, kulit dijemur dengan cara dipanteng (digelar) supaya tidak mengerut. Setelah kering, diukur diameter kayu yang sudah dicat dan akan dibuat bedug. Seteleh selesai diukur, kulit tersebut dipasangkan pada kayu bonggol kayu yang sudah disiapkan. Proses penyatuan kulit hewan dengan kayu dilakukan dengan paku dan beberapa tali-temali.

Permainan Bedug (Seni Ngadulag)

            Seni ngadulag berasal dari daerah Jawa Barat. Pada dasarnya, bedug memiliki fungsi yang sama seperti yang telah dijelaskan sebelumnya. Namun, tabuhan bedug di tiap-tiap daerah memiliki perbedaan dengan daerah lainnya, sehingga menjadikannya khas. Sehingga lahirlah sebuah istilah “Ngadulag” yang menunjuk pada sebuah keterampilan menabuh bedug. Kini keterampilan menabuh bedug telah menjadi bentuk seni yang mandiri yaitu seni Ngadulag (permainan bedug). Di daerah Bojonglopang, Sukabumi, seni ngadulag telah menjadi sebuah kompetisi untuk mendapatkan penabuh bedug terbaik. Kompetisi terbagi menjadi 2 kategori, yaitu keindahan dan ketahanan. Keindahan mengutamakan irama dan ritme tabuhan bedug, sedangkan ketahanan mengutamakan daya tahan menabuh atau seberapa lama kekuatan menabuh bedug. Kompetisi ini diikuti oleh laki-laki dan perempuan. Dari permainan inilah seni menabuh bedug mengalami perkembangan. Dahulu, peralatan seni menabuh bedug hanya terdiri dari bedug, kohkol, dan terompet. Tapi kini peralatannya pun mengalami perkembangan. Selain yang telah disebutkan di atas, menabuh bedug kini juga dilengkapi dengan alat-alat musik seperti gitar, keyboard, dan simbal.

] Bedug terbesar di dunia

            Bedug terbesar di dunia berada di dalam Masjid Darul Muttaqien, Purworejo. Bedug ini merupakan karya besar umat Islam yang pembuatannya diperintahkan oleh Adipati Tjokronagoro I, Bupati Purworejo pertama. dibuat pada tahun 1762 Jawa atau 1834 M. Dan diberi nama Kyai Begelan. Ukuran atau spesifikasi bedug ini adalah : Panjang 292 cm, keliling bagian depan 601 cm, keliling bagian belakang 564 cm, diameter bagian depan 194 cm, diameter bagian belakang 180 cm. Bagian yang ditabuh dari bedug ini dibuat dari kulit banteng. Bedug raksasa ini dirancang sebagai “sarana komunikasi” untuk mengundang jamaah hingga terdengar sejauh-jauhnya lewat tabuhan bedug sebagai tanda waktu salat menjelang adzan dikumandangkan.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar