l
D
I
S
U
S
U
N
Oleh :
Dinda Sari Larasati
Alat Musik
Tradisional Indonesia
Siapa
yang pernah tahu berapa jumlah pasti alat musik tradisional Indonesia.
Sungguh sebuah kekayaan intelektual milik budaya Indonesia yang tak ternilai
harganya. Namun dilain pihak banyak pula yang tidak mengetahui bahkan
sama sekali belum pernah mendengar alat musik tradisional tersebut dimainkan,
ditengah derasnya industri musik modern alat musik tradisional ini semakin
terpinggirkan.
Alat
musik tradisional yang merupakan alat musik khas Indonesia memiliki banyak
ragam dari berbagai daerah di Indonesia, namun banyak pula dari alat musik
tradisional Indonesia ‘dicuri’ oleh negara lain untuk kepentingan penambahan
budaya dan seni musiknya sendiri dengan mematenkan hak cipta seni budaya dari
Indonesia.
BEBERAPA
ALAT MUSIK TRADISIONAL INDONESIA
1.
TANJIDOR
Tanjidor adalah salah satu musik tradisional Betawi
yang sekarang sudah mulai jarang ditemukan. Tanjidor adalah salah satu jenis
musik yang banyak mendapat pengaruh dari musik Eropa. Kata "tanjidor"
adalh kata dalam bahasa Portugis tangedor, yang artinya "alat - alat musik
berdawai". Dalam kenyataanya, arti kata tanjidor tidak sesuai dengan alat
- alat musik yang dimainkan, dalam tanjidor, alat - alat musik yang dimainkan
kebanyakan adalah alat musik tiup seperti, karinet, trombon, piston, seksofon. Secara
lengkap instrumen musik yang digunakan dalam orkes tanjidor adalah klarinet,
pistone, trombon, terompet, seksofon tenor, seksofone bass, drum, simbal, side
drum. Biasanya pemain tanjidor terdiri dari 10 - 7 orang pemain musik dan 1 - 2
orang penyanyi. Musik yang muncul pada abad ke-18 ini, pada zaman dahulu sering
dimainkan oleh para sekelompok petani yang menghabiskan waktunya setelah musim
panen. Mereka biasanya menunjukan kebolehan mereka dengan cara mengamen dari
rumah ke rumah, dari restoran ke restoran.
Pada zaman
dahulu tanjidor juga sering ditampilkan dalam acara - acara besar, seperti
acara Hari besar islam, parayaan cina yang sering disebut "Cap Go
Meh", atau bisa ditemukan juga pada hari sedekah bumi yang menjadi tradisi
masyarakat petani Cirebon. Namun pada akhir - akhir ini musik tanjidor sudah
jarang sekali ditampilkan, munkin hanya sesekali saja, biasanya untuk sekarang
- sekarang ini tanjidor hanya ditampilkan pada waktu Penyambutan tamu agung,
Perhelatan/pengarakan pengantin. Adapun lagu - lagu yang sering dimainkan dalam
orkes tanjidor adalah Kramton dan Bananas (yang merupakan lagu Belanda), Cente
Manis, Keramat Karam, Merpati Putih, Surilang. Adapun lagu yang terkenal adalah
Warung Pojok.
2. RINDING
Alat Musik
Tradisional Desa Beji
Desa Beji
memiliki alat musik tradisional yang bernama Rinding. Masyarakat Desa
Beji meyakini bahwa Rinding merupakan alat musik warisan para leluhur,
khususnya Kecamatan Ngawen dan sekitarnya.Bahan baku Rinding adalah bambu. Rinding berukuran panjang sekitar 20 centimeter dan lebar sekitar 5 centimeter. Untuk menghasilkan suara, Rinding dimainkan dengan cara ditempelkan di mulut dan ditiup. Bunyi musik akan tercipta
dengan menarik tali berulang-ulang sesuai nada.
Beji meyakini bahwa Rinding merupakan alat musik warisan para leluhur,
khususnya Kecamatan Ngawen dan sekitarnya.Bahan baku Rinding adalah bambu. Rinding berukuran panjang sekitar 20 centimeter dan lebar sekitar 5 centimeter. Untuk menghasilkan suara, Rinding dimainkan dengan cara ditempelkan di mulut dan ditiup. Bunyi musik akan tercipta
dengan menarik tali berulang-ulang sesuai nada.
"Tidak semua orang dapat memainkan Rinding. Orang
tua kami mengatakan
bahwa Rinding merupakan alat musik untuk menghormati arwah para leluhur,"
kata Sudiyo (70), sesepuh pengelola Hutan Wonosadi.
bahwa Rinding merupakan alat musik untuk menghormati arwah para leluhur,"
kata Sudiyo (70), sesepuh pengelola Hutan Wonosadi.
Rinding
hanya dimainkan pada saat acara Sadranan di Hutan Wonosadi. Sadranan
merupakan
ritual yang dilakukan setahun sekali setelah panen.(BJ-33)
3.
PANTING
ALAT MUSIK DARI
BANJARMASIN
Panting,
adalah salah satu alat musik akustik pada perangkat musik
panting yang dipergunakan oleh para pemain musik panting
terutama di provinsi Kalimantan Selatan. Lagu-lagu yang dibawakan
adalah lagu-lagu daerah dengan bahasa Banjar seperti Kambang
Goyang, Paris Barantai, dst. Pada umumnya alat musik ini terbuat dari
bahan kayu nangka.
panting yang dipergunakan oleh para pemain musik panting
terutama di provinsi Kalimantan Selatan. Lagu-lagu yang dibawakan
adalah lagu-lagu daerah dengan bahasa Banjar seperti Kambang
Goyang, Paris Barantai, dst. Pada umumnya alat musik ini terbuat dari
bahan kayu nangka.
4.
REBANA
Rebana merupakan
alat music islami, terbuat dari papan kayu pilihan, dibulatkan dengan pisau
khusus dan dilobangi dengan mesin bubut dengan desain khusus pula. Pada sisi
sebelahnya dipasang kulit yang sudah dikeringkan dan disamak putih.
Eksistensi Rebana di desa Kaliwadas, kecamatan Bumiayu, Jawa tengah berawal
dari keuletan Bapak Madali ( alm ) dan Bapak Toip sebagai pembantu dalam
membuat alat music pengiring Sholawat ini pada tahun 1950-an. Saat itu
pembuatan rebana boleh dibilang masih sebagai pengisi waktu luang disela – sela
kesibukan mereka bertani.
Pembeli serta
penikmat suaranya yang khas pun masih terbatas orang – orang berusia tua dan di
daerah terdekat saja.
Jenis rebana saat itu hanya ada 2
macam :
1.
Rebana Syaraka dengan diameter 38 – 39
cm, tinggi 10 cm terbuat dari kayu mangga, laban hingga sawo dan
2.
Rebana Jawa Klasik yang terbuat dari
kayu kelapa ( Glugu ) sebagai adaptasi alat music yang konon dipopulerkan oleh Sunan Kalijaga.
Tahun 1970-an H. Sulaiman ( alm )
seorang pengusaha dari Tasikmalaya yang membuka tokoh aksesoris dari kerang –
kerang laut di jalan pasar ikan, Jakarta datang berkunjung. Beliau sempat
tertarik melihat ketekunan dan kerajinan Bapak Toip yang notabene ayah kami
dalam membuat rebana sehingga kemudian
mengajaknya membuka usaha sendiri dan memberinya modal yang kelak menjadi modal
gratis !
Nah, kemudian dari tokoh dengan nama
“Setia” inilah kemudian rebana dikenal luas. Puncak kejayaannya terjadi pada
tahun 1999 hingga sekarang.
5.
ANGKLUNG
Angklung adalah
alat musik multitonal ( bernada ganda ) yang secara tradisional berkembang
dalam masyarakat berbahasa Sunda di pulau Jawa bagian Barat. Alat music ini
dibuat dari bambu, dibunyikan dengan cara digoyangkan ( bunyi disebabkan oleh
benturan badan pipa bambu ) sehingga menghasilkan bunyi yang bergetar dalam
susunan nada 2, 3, sampai 4 nada dalam setiap ukuran, baik besar maupun kecil.
Laras ( nada ) alat music angklung
sebagai music tradisi Sunda kebanyakan adalah Salendro dan Pelok.
Angklung terdaftar sebagai Karya Agung Warisan Budaya Lisan dan
Nonbendawi Manusia dari UNESCO sejak
November 2010.
Asal – usul
Tidak ada
petunjuk sejak kapan angklung digunakan, tetapi diduga bentuk primitifnya telah
digunakan dalam kultur Neolitikum yang berkembang di Nusantara sampai awal
penanggalan Modern, sehingga angklung merupakan bagian dari relic pra –
Hinduisme dalam kebudayaan Nusantara.
Catatan mengenai angklung baru
muncul merujuk pada masa Kerajaan Sunda ( abad ke – 12 sampai abad ke – 16 ).
Asal – usul terciptanya music bamboo, seperti angklung berdasarkan pandangan
hidup masyarakat Sunda yang agraris dengan sumber kehidupan dari padi ( pare )
sebagai makanan pokoknya. Hal ini melahirkan mitos kepercayaan terhadap Nyai
Sri Pohaci sebagai lambang dewi padi pemberi kehidupan ( hirup – hurip ). Masyarakat
Baduy, yang dianggap sebagai sisah – sisah masyarakat sunda asli, menerapkan
angklung sebagai bagian dari ritual mengawali penanaman Padi. Permainan
angklung gubrag di Jasinga, Bogor, adalah salah satu yang masih hidup sejak
lebih dari 400 tahun lampau. Kemunculannya berasal dari ritus padi. Angklung
diciptakan dan dimainkan untuk memikat dewi Sri turun kebumi agar tanaman Padi
rakyat tumbuh subur.
Jenis bamboo yang biasa digunakan
sebagai alat music tersebut adalah bambu hitam
( awi wulung )
dan bambu putih ( awu temen ). Tiap nada ( laras ) dihasilkan dari bunyi
bambunya yang terbentuk bilah ( wilahan ) setiap ruas bamboo dari ukuran kecil
hingga besar.
Dikenal oleh masyarakat Sunda sejak
masa Kerajaan Sunda diantaranya sebagai pengunggah semangat dalam pertempuran.
Fungsi angklung sebagai pemompa semangat rakyat masih terus terasa sampai pada
masa penjajahan, sebab itu pemerintah Hindia Belanda sempat melarang masyarakat
menggunakan angklung, pelarangan itu sempat membuat popularitas angklung
menurun dan hanya dimainkan oleh anak – anak pada waktu itu.
Selanjutnya lagu – lagu persembahan
terhadap Dewi Sri tersebut disertai dengan pengiring bunyi tabuh yang terbuat
dari batang – batang bamboo yang dikemas sederhana yang kemudian lahirlah struktur
alat music bambu yang kita kenal sekarang bernama angklung. Kemudian pula pada
saat pesta panen dan seren taun dipersembahkan permainan angklung. Terutama
pada penyajian angklung yang berkaitan dengan upacara padi, kesenian ini
menjadi sebuah pertunjukan yang sifatnya arak – arakan atau helaran, bahkan
disebagian tempat menjadi iring – iringan Rengkonh dan Dongdang serta Jampana (
usungan pangan ) dan sebagainya.
Dalam perkembangannya, angklung
berkembang dan menyebar ke seantero Jawa, lalu ke Kalimantan dan Sumatera. Pada
1908 tercatat sebuah misi kebudayaan dari Indonesia ke Thailand, antara lain
ditandai penyerahan angklung, lalu permainan music bambu ini pun sempat
menyebar disana. Bahkan sejak 1966, Udjo Ngalagena_ tokoh angklung yang mengembangkan
teknik permainan berdasarkan laras – laras pelog, salendro, dan madenda_mulai
mengajarkan bagaimana bermain angklung kepada banyak orang dari berbagai
komunitas.
6.
BONANG
BARUNG
Bonang adalah alat music yang
digunakan di Jawa Gamelan. Ini adalah kumpulan gong kecil (kadang – kadang
disebut “ ceret” atau “pot” ) ditempatkan secara horizontal ke string dalam
bingkai kayu ( Rancak ), baik 1 atau 2 baris lebar. Semua ceret memiliki bos
pusat, tapi disekitarnya yang lebih rendah bernada datar yang memiliki kepala,
sedangkan yang lebih tinggi memiliki melengkung 1. Masing – masing sesuai untuk
pitch tertentu dalam skala yang sesuai. Mereka biasanya memukul dengan tongkat
berlapis ( tabuh ). Bonang dapat dipalsukan terbuat dari perunggu, di las dan
dingin dipalu besi, atau kombinasi dari logam. Selain berbentuk gong bentuk
ceret, ekonomis dipalu boning yang terbuat dari besi atau plat kuningan dengan
mengangkat bos sering ditemukan di Desa Gamelan, di Suriname Gamelan gaya, dan
dalam beberapa gamelan Amerika.
Bonang barung yang bernada 1 oktaf
dibawah boning panerus, dan juga secara umum mencapai 2 oktaf, kira – kira
kisaran yang sama seperti demung dan saron digabungkan. Ini adalah salah satu
instrument yang paling penting dalam ansambel, karena memberikan banyak isyarat
untuk pemain lain dalam gamelan.
Bagian – bagian
yang dimainkanoleh boning barung lebih kompleks dari pada banyak instrument
dalam gamelan, dengan demikian, pada umumnya dianggap sebagai instrument
mengelaborasi. Kadang – kadang memainkan melodi berdasarkan balungan, meskipun
umumnya diubah dengan cara yang sederhana. Namun, juga dapat dimainkan pola
yang lebih kompleks yang diperoleh dengan menggabungkan barung dan panerus
patters, seperti saling silih bergantinya bagian
( imbal ) dan
interpolasi dari pola melodi jerau ( sekaran ). Tunggal, i-berbentuk, baris,
boning juga merupakan instrument melodi terkemuka di Sunda Degung. Boning mirip
dengan Bali reong.
7.
TEROMPET
REOG
Terompet Reog Ponorogo merupakan
alat music tiup. Biasanya dipakai untuk mengiringi Reog Ponorogo. Selain
sebagai instrument music etnik yang dimainkan, terompet Reog Ponorogo cocok
juga digunakan untuk hiasan atau dekor maupun sebagai koleksi barang antik.
8.
TALEMPONG
Talempong adalah sebuah alat musik pukul khas suku bangsa Minangkabau. Bentuknya hampir sama dengan
instrumen bonang dalam perangkat gamelan. Talempong dapat terbuat dari kuningan, namun ada pula yang terbuat dari kayu dan batu. Saat
ini talempong dari jenis kuningan lebih banyak digunakan. Talempong ini
berbentuk bundar pada bagian bawahnya berlobang sedangkan pada bagian
atasnya terdapat bundaran yang menonjol berdiameter lima sentimeter sebagai tempat
untuk dipukul. Talempong memiliki nada yang berbeda-beda. Bunyi dihasilkan dari sepasang
kayu yang dipukulkan pada permukaannya.
Talempong
biasanya digunakan untuk mengiringi tarian pertunjukan atau penyambutan,
seperti Tari Piring yang khas, Tari Pasambahan, dan Tari Gelombang. Talempong juga digunakan untuk melantunkan musik
menyambut tamu istimewa. Talempong ini memainkanya butuh kejelian dimulai
dengan tangga pranada DO dan diakhiri dengan SI Talempong diiringi oleh akord yang cara memainkanya serupa dengan memainkan piano.
9.
KECAPI
Kacapi merupakan alat musik Sunda yang
dimainkan sebagai alat musik utama dalam Tembang Sunda atau
Mamaos Cianjuran dan kacapi suling.
Kata kacapi dalam bahasa Sunda juga
merujuk kepada tanaman sentul,
yang dipercaya kayunya digunakan untuk membuat alat musik kacapi.
Rincian unsur nada
dalam sebuah kacapi parahu.
Kacapi parahu
adalah suatu kotak resonansi yang bagian bawahnya diberi lubang resonansi untuk
memungkinkan suara keluar. Sisi-sisi jenis kacapi ini dibentuk sedemikian rupa sehingga
menyerupai perahu. Di masa lalu, kacapi ini dibuat langsung dari bongkahan kayu
dengan memahatnya.
Kacapi siter
merupakan kotak resonansi dengan bidang rata yang sejajar. Serupa dengan kacapi
parahu, lubangnya ditempatkan pada bagian bawah. Sisi bagian atas dan bawahnya
membentuk trapesium.
Untuk kedua jenis kacapi ini, tiap
dawai diikatkan pada suatu sekrup kecil pada sisi kanan atas kotak. Mereka
dapat ditala dalam berbagai sistem: pelog, sorog/madenda,
atau salendro.
Saat ini, kotak resonansi kacapi
dibuat dengan cara mengelem sisi-sisi enam bidang kayu.
Rincian
pawn-bridges pada sebuah kacapi parahu.
Kacapi indung dan kacapi rincik.
Menurut fungsinya dalam mengiringi musik, kacapi dimainkan sebagai:- Kacapi indung atau kacapi induk
- Kacapi rincik atau kacapi anak
Kacapi indung
Kacapi indung memimpin musik dengan cara memberikan intro, bridges, dan interlude, juga menentukan tempo. Untuk tujuan ini, digunakan sebuah kacapi besar dengan 18 atau 20 dawai.
10. GONG
Gong yang telah ditempa belum dapat ditentukan nadanya. Nada gong baru terbentuk setelah dibilas dan dibersihkan. Apabila nadanya masih belum sesuai, gong dikerok sehingga lapisan perunggunya menjadi lebih tipis. Di Korea Selatan disebut juga Kkwaenggwari. Tetapi kkwaenggwari yang terbuat dari logam berwarna kuningan ini dimainkan dengan cara ditopang oleh kelima jari dan dimainkan dengan cara dipukul sebuah stik pendek. Cara memegang kkwaenggwari menggunakan lima jari ini ternyata memiliki kegunaan khusus, karena satu jari (telunjuk) bisa digunakan untuk meredam getaran gong dan mengurangi volume suara denting yang dihasilkan.
11. PERERET PENGASIH – ASIH
Pereret adalah alat
musik kuno sejenis trompet yang terbuat dari bahan kayu yang dibentuk sedemikian rupa sehingga menjadi terompet. Pengasih - asih adalah guna
- guna ( pelet ) sedangkan jodoh adalah pasangan yang layak sebagai suami atau
istri.
Alat musik
ini banyak dibuat di daerah Jembrana, Bali. Biasanya alat musik ini digunakan untuk mengiringi
kesenian Sewo Gati. Cara menggunakan Pereret ini adalah dengan meniup
alat tersebut sehingga keluar suara yang sangat merdu dan menawan hati.
Seorang Seniman Bali sedang meniup Pereret-nya
12. BEDUG
Bedug adalah
alat musik tabuh seperti gendang. Bedug
merupakan instrumen musik tradisional yang telah digunakan sejak ribuan tahun
lalu, yang memiliki fungsi sebagai alat komunikasi
tradisional, baik dalam kegiatan ritual keagamaan maupun politik. Di Indonesia,
sebuah bedug biasa dibunyikan untuk pemberitahuan mengenai waktu salat atau sembahyang. Bedug
terbuat dari sepotong batang kayu besar atau pohon enau sepanjang kira-kira
satu meter atau lebih. Bagian tengah batang dilubangi sehingga berbentuk tabung
besar. Ujung batang yang berukuran lebih besar ditutup dengan kulit binatang
yang berfungsi sebagai membran atau selaput gendang. Bila ditabuh, bedug
menimbulkan suara berat, bernada khas, rendah, tetapi dapat terdengar sampai
jarak yang cukup jauh.
Sejarah
Bedug sebenarnya berasal dari
India dan Cina. Berdasarkan legenda Cheng Ho
dari Cina, ketika ketika Laksamana Cheng Ho datang ke Semarang,
mereka disambut baik oleh Raja Jawa pada masa itu. Kemudian, ketika Cheng Ho
hendak pergi, dan hendak memberikan hadiah, raja dari Semarang mengatakan bahwa
dirinya hanya ingin mendengarkan suara bedug dari masjid. Sejak itulah, bedug
kemudian menjadi bagian dari masjid, seperti di negara Cina, Korea dan Jepang, yang memposisikan bedug
di kuil-kuil sebagai alat komunikasi ritual keagamaan. Di Indonesia, sebuah
bedug biasa dibunyikan untuk pemberitahuan mengani waktu salat atau sembahyang.
Saat Orba berkuasa bedug pernah dikeluarkan dari surau dan mesjid karena
mengandung unsur-unsur non-Islam. Bedug digantikan oleh pengeras suara. Hal itu
dilakukan oleh kaum Islam modernis, namun warga NU
melakukan perlawanan sehingga sampai sekarang dapat terlihat masih banyak
masjid yang mempertahankan bedug.
Fungsi bedug
- Fungsi sosial : bedug berfungsi sebagai alat komunikasi atau petanda kegiatan masyarakat, mulai dari ibadah, petanda bahaya, hingga petanda berkumpulnya sebuah komuntas.
- Fungsi estetika : bedug berfungsi dalam pengembangan dunia kreatif, konsep, dan budaya material musikal.
Cara pembuatan bedug sederhana
Pada awalnya, kambing atau sapi dikuliti. Kulit hewan yang
biasa dibuat sebagai bahan baku bedug antara lain kulit kambing, sapi, kerbau, dan banteng. Kulit sapi putih
memiliki kualitas yang lebih baik dibandingkan dengan kulit sapi coklat. Sebab,
kulit sapi putih lebih tebal daripada kulit sapi coklat, sehingga bunyi yang
dihasilkannya akan berbeda disamping, keawetannya yang lebih rendah. Kemudian,
kulit tersebut direndam ke dalam air detergen sekitar 5-10 menit. Jangan terlalu lama agar
tidak rusak. Lalu, kulit dijemur dengan cara dipanteng (digelar) supaya tidak
mengerut. Setelah kering, diukur diameter kayu yang sudah dicat dan akan dibuat
bedug. Seteleh selesai diukur, kulit tersebut dipasangkan pada kayu bonggol kayu
yang sudah disiapkan. Proses penyatuan kulit hewan dengan kayu dilakukan dengan
paku dan beberapa tali-temali.
Permainan Bedug (Seni Ngadulag)
Seni ngadulag berasal dari
daerah Jawa Barat. Pada
dasarnya, bedug memiliki fungsi yang sama seperti yang telah dijelaskan
sebelumnya. Namun, tabuhan bedug di tiap-tiap daerah memiliki perbedaan dengan
daerah lainnya, sehingga menjadikannya khas. Sehingga lahirlah sebuah istilah
“Ngadulag” yang menunjuk pada sebuah keterampilan menabuh bedug. Kini
keterampilan menabuh bedug telah menjadi bentuk seni yang mandiri yaitu seni
Ngadulag (permainan bedug). Di daerah Bojonglopang, Sukabumi, seni ngadulag telah menjadi
sebuah kompetisi untuk mendapatkan penabuh bedug terbaik. Kompetisi terbagi
menjadi 2 kategori, yaitu keindahan dan ketahanan. Keindahan mengutamakan irama
dan ritme tabuhan bedug, sedangkan ketahanan mengutamakan daya tahan menabuh
atau seberapa lama kekuatan menabuh bedug. Kompetisi ini diikuti oleh laki-laki
dan perempuan. Dari permainan inilah seni menabuh bedug mengalami perkembangan.
Dahulu, peralatan seni menabuh bedug hanya terdiri dari bedug, kohkol, dan
terompet. Tapi kini peralatannya pun mengalami perkembangan. Selain yang telah
disebutkan di atas, menabuh bedug kini juga dilengkapi dengan alat-alat musik
seperti gitar, keyboard, dan simbal.
] Bedug terbesar di dunia
Bedug terbesar di dunia
berada di dalam Masjid Darul Muttaqien, Purworejo.
Bedug ini merupakan karya besar umat Islam yang pembuatannya diperintahkan oleh
Adipati Tjokronagoro I, Bupati Purworejo pertama. dibuat pada tahun 1762 Jawa atau 1834 M. Dan diberi nama Kyai Begelan.
Ukuran atau spesifikasi bedug ini adalah : Panjang 292 cm, keliling bagian
depan 601 cm, keliling bagian belakang 564 cm, diameter bagian depan 194 cm,
diameter bagian belakang 180 cm. Bagian yang ditabuh dari bedug ini dibuat dari
kulit banteng. Bedug raksasa ini dirancang sebagai “sarana komunikasi” untuk
mengundang jamaah hingga
terdengar sejauh-jauhnya lewat tabuhan bedug sebagai tanda waktu salat
menjelang adzan dikumandangkan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar