GURU SEBAGAI JABATAN PROFESI
Istilah Etika berasal
dari dua kata dalam bahasa yunani : Ethos dan Ethikos.
Ethos berarti sifat, watak, kebiasaan, tempat
yang biasa.
Ethikos berarti susila, keadaban, atau
kelakuan dan perbuatan yang baik.
Istilah Moral berasal dari Kata Latin Mores yang merupakan jamak dari
mos, yang berarti Adat kebiasaan, atau kebiasaan, watak, kelakuan, tabiat dan
cara hidup.
Dalam
sejarah filsafat barat, Etika adalah cabang filsafat yang berpengaruh sejak
masa Socrates (470-399). Etika membahas baik – buruk atau benar
– tidaknya tingkah laku dan tindakan manusia sekaligus menyoroti kewajiban –
kewajiban manusia. Etika tidak mempersoalkan apa atau siapa manusia itu, tetapi
bagaimana manusia seharusnya berbuat atau bertindak.
Beranjak
dari pernyataan ini, tentu kita akan mengkaitkan dengan kehidupan dan prilaku
pendidik, yakni bagaimana seharus nya pendidik berbuat atau bertindak.
GURU sebagai tenaga pendidik dan
kependidikan, harus berperan serta secara aktif dan menempatkan kedudukan nya
sebagai tenaga Profesional, sesuai
dengan tuntutan masyarakat yang semakin berkembang. Jadi,seorang guru
Sikap Profesional Keguruan.
GURU
sebagai Pendidik Profesional
mempunyai citra yang baik ditengah masyarakat apabila dapat menunjukan kepada
Masyarakat bahwa ia layak menjadi Panutan atau teladan masyarakat
sekelilingnya. Dalam leksikon Budaya
Indonesia, Guru umumnya ditaksirkan sebagai Akronim dari ungkapan “biasa di
gugu dan di tiru”. Ini artinya bahwa sosok Guru adalah orang yang dapat
dipercaya atau dipegang teguh kebenaran ucapan nya dan dapat di teladani
Tingkah Lakunya.
GURU
dianggap sebagai Profesi yang mempunyai keutamaan moral. Profesi dan Moral
memiliki kaitan yang erat dengan perkembangan Global dunia kita. Profesionalisme dapat dianggap sebagai
suatu akibat dari merebaknya arus Globalisasi, dan Globalisasi merupakan suatu
sebab munculnya suatu Profesionalisme. Di sini, Moral menjadi perekat sekaligus
penawar hubungan kedua nya.
Kemudian Profesionalisme kerja Guru menjadi
tuntutan, kendati masih sering di rasakan semata – mata Obsesi Belaka.
Seorang
Guru hendak nya selalu melekatkan dan menumbuh kembangkan keutamaan – keutamaan
sebagai Guru di dalam dirinya demi memantapkan kualitas pelayanan dan
pengabdian nya pada Pemanusiaan Manusia.
Guru hendaknya memiliki pola tingkah laku
dalam memahami, menghayati, serta mengamalkan sikap kemampuan dan sikap
Profesionalnya. Adapun sikap Profesional Guru terhadap :
a. Sikap terhadap
peraturan per undang – undangan.
Guru merupakan unsur
Aparatur Negara dan Abdi Negara. Karena itu, Guru mutlak perlu mengetahui
kebijakan – kebijakan Pemerintah dalam bidang pendidikan sehingga dapat
melaksanakan ketentuan – ketentuan yang merupakan ketentuan Perundang –
undangan.
b.
Sikap terhadap Organisasi Profesi
c.
Sikap perhadap teman sejawat.
Guru
hendaknya memelihara hubungan seProfesi, semangat kekeluargaan, dan
kesetiakawanan
Sosial.
Jadi, Guru hendak nya menciptakan dan memelihara hubungan sesama Guru dalam
lingkungan kerja dan menciptakan dan memelihara semangat kekeluargaan dan
kesetiakawanan sosial didalam dan di luar lingkungan kerja.
d.
Sikap terhadap anak didik.
Kode
etik Guru Indonesia sangat jelas dituliskan bahwa Guru berbakti membimbing
peserta didik
Untuk
membentuk manusia Indonesia seutuh nya yang berjiwa Pancasila.
e.
Sikap terhadap tempat kerja.
Sudah
menjadi pengetahuan umum bahwa suasana yang baik di tempat kerja akan
meningkatkan
Produktivitas.
Hal ini disadari dengan sebaik – baiknya oleh setiap Guru, dan Guru
berkewajiban menciptakan suasana yang demikian dalam lingkungan nya.
Untuk menciptakan suasana kerja yang
baik, ini ada dua hal yang patut diperhatikan : Yaitu, Guru itu sendiri dan
hubungan Guru dengan orang tua dan masyarakat sekeliling nya.
f.
Sikap terhadap pimpinan.
g.
Sikap terhadap pekerjaan.
Langkah
strategis dalam peningkatan Profesionalisme Guru
Profesionalisme
Guru merupakan sebuah tuntutan atau keharusan yang tidak biasa ditunda – tunda,
seiring dengan kehidupan yang multi
kompleks dan kompetitif di ERA PASCAMILLENIUM atau era Globalisasi ini.
Individu yang ahli di bidang nya merupakan idola dan profil yang sangat di
agungkan dan dicari. Demikian hal nya dengan Guru sebagai Profesi yang menuntut
kecakapan dan keahlian tersendiri. Profesionalisme tidak hanya karena faktor
tuntutan dari perkembangan zaman, tetapi Esensi dan Urgensi nya merupakan suatu
keharusan bagi setiap individu dalam kerangka perbaikan kualitas hidup manusia.
Profesionalisme menuntut keseriusan dan kompetensi yang memadai sehingga
seseorang dianggap layak untuk melaksanakan sebuah tugas. Adapun langkah
strategis yang harus di lakukan dalam upaya meningkatkan Profesionalisme Guru,
yaitu :
a.
Sertifikasi
Salah
satu upaya peningkatan Profesionalisme Guru melalui sertifikasi sebagai sebuah
alur dan
Prosesi
ilmiah yang memerlukan komitmen dan akuntabilitas moral dan akademis.
Dalam
proses sertifikasi tercermin adanya suatu uji kelayakan dan kepatutan yang
harus di jalani seseorang terhadap kriteria – kriteria yang secara ideal telah
di tetapkan.
Sertifikasi
bagi Guru dan Dosen merupakan amanah dari UU yang mewajibkan setiap tenaga
pendidik harus memiliki kualifikasi minimum dan sertifikasi sesuai dengan
jenjang kewenangan mengajar yang di milikinya. Sertifikasi dibutuh kan untuk
mempertegas standar kompetensi yang harus dimiliki para Guru dan dosen sesuai
dengan bidang keilmuan nya masing – masing.
b.
Penajaman Atas Perubahan Paradigma
Faktor
lain yang perlu diperhatikan dalam
mencapai Profesionalisme Guru adalah perlunya
Penerapan
atas perubahan paradigma dalam proses
pembelajaran. Anak didik tidak lagi ditempatkan sebagai sekedar Objek
Pembelajaran, melainkan harus berperan dan di perankan sebagai objek.
Guru tidak lagi sebagai Instruktur yang harus memposisikan dirinya lebih tinggi
dari anak didik, tetapi lebih berperan sebagai Fasilitator atau Konsultator yang bersikap saling melengkapi.
Dalam konteks ini, Guru di tuntut
untuk mampu melaksanakan proses Pembelajaran yang efektif, kreatif, dan
inovatif secara dinamis dalam suasana yang demokratis. Dengan demikian, proses
belajar mengajar akan dilihat sebagai proses pembebasan dan pemberdayaan
sehingga tidak terpaku pada aspek – aspek yang bersifat formal, ideal, maupun
verbal.
Penyelesaian masalah yang Aktual
berdasarkan prinsip – prinsip ilmiah harus menjadi orientasi dalam proses
belajar mengajar.oleh sebab itu, output
dari pendidikan tidak hanya sekedar mencapai IQ, tetapi mencakup pula EQ dan
SQ.
c.
Peningkatan kesejahteraan yang Eksplisit
Kesejahteraan
merupakan isu utama dalam konteks peran dan Fungsi Guru sebagai Tenaga Pendidik
Dan Pengajar.
Paradigma Profesional tidak akan tercapai apabila
individu yang bersangkutan tidak pernah dapat memfokuskan diri pada satu hal
yang menjadi tanggung jawab dan tugas pokok dari yang bersangkutan. Oleh sebab
itu, untuk mencapai Profesionalisme, jaminan
kesejahteraan bagi para Guru merupakan suatu hal yang tidak dapat di Abaikan
dan di Pisahkan.
PEMBAHASAN
Bagaimana seharusnya
Sikap Profesional Seorang Guru bila berada Ditempat Kerja
ISI
ETIKA GURU PROFESIONAL TERHADAP TEMPAT
KERJA
Sudah diketahui bersama
bahwa suasana yang baik ditempat kerja akan meningkatkan produktivitas. Ketidak
optimalan kinerja Guru antara lain di sebabkan oleh lingkungan kerja yang tidak
menjamin pemenuhan tugas dan kewajiban Guru secara optimal.
Dalam
UU No. 20/2003 pasal 1
“bahwa Pemerintah berkewajiban menyiapkan
lingkungan dan fasilitas sekolah yang memadai secara merata dan bermutu
diseluruh jenjang pendidikan”.
Jika ini terpenuhi, Guru yang
Profesional harus mampu memanfaatkan fasilitas yang ada dalam rangka
terwujudnya manusia seutuhnya sesuai dengan Visi Pendidikan Nasional.
Disisi
lain, jika kita dihadapkan dengan tempat kerja yang tidak mempunyai fasilitas
yang memadai bahkan Buku Pelajaran saja sangat minim. Bagaimana sikap kita
sebagai seorang Guru ?
Ternyata,
keprofesionalan Guru sangat di uji disini. Tanpa Fasilitas yang memadai Guru
dituntut untuk tetap Profesional dalam membimbing anak didik.
Kreatifitas
Guru harus dikembangkan dalam situasi seperti ini. Berkaitan dengan ini,
pendekatan Pembelajaran kontekstual dapat menjadi pemikiran para Guru untuk
lebih kreatif. Dalam pendekatan ini, diartikan strategi belajar yang membantu
Guru mengaitkan materi pelajaran dengan situasi dunia nyata siswa dan mendorong
siswa mengaitkan pengetahuan yang dimilikinya dengan penerapan nya dalam
kehidupan sehari – hari.
Sementara itu, sikap Profesional
Guru terhadap tempat kerja juga dengan cara menciptakan hubungan harmonis di
lingkungan tempat kerja, baik di lingkungan sekolah, masyarakat, maupun dengan
orang tua peserta didik.
Memelihara sikap terhadap tempat
bekerja. Sudah menjadi pengetahuan umum bahwa suasana yang baik di tempat kerja
dapat mempengaruhi produktivitas dan semangat kerja, hal ini perlu menjadi
acuan setiap guru untuk menciptakan dan memelihara suasana yang nyaman dalam
lingkungan sekolah agar tercipta suasana harmonis di sekolah.
Memelihara
hubungan yang baik dengan atasan.
Sebagai
salah seorang anggota organisasi, guru akan selalu dalam pengawasan seorang
Pemimpin.
Guru
wajib membina hubungan baik dengan Kepala Sekolah nya.
Disiplin
terhadap pekerjaan, yang paling diinginkan dan diperlukan sekaligus harus
dimiliki agar tercipta proses belajar mengajar yang diinginkan.
GAYA HIDUP GURU : ANTARA PENAMPILAN DAN KOMPETENSI
PROFESI
Guru adalah profesi
strategis untuk menuju terciptanya pendidikan yang bermartabat, yang pada
gilirannya akan tercipta generasi yang memiliki SDM handal. Tapi ada keanehan
dan telah menjadi fenomena pada masyarakat bahkan sekolah, pada umumnya siswa
cerdas enggan untuk memilih profesi Guru.
Tidak jarang sebagian guru sendiri yang menganjurkan anak didik mereka yang
cerdas agar memilih karir selain guru.
Saat sebagian diantara mereka yang
memilih bidang pendidikan dan mereka menjadi mahasiswa, mereka belajar banyak
teori tentang pedagogik, psikologi
perkembangan dan ilmu – ilmu lain,dengan tumpukan buku yang menggunung.
Setelah menyelesaikan sejumlah mata kuliah dalam jumlah tertentu dan tugas
akhir maka mereka punya hak untuk WISUDA dan menyandang predikat S.Pd ( sarjana
pendidikan ) dan berkarir sebagai guru di sekolah.
Tetapi setelah menjadi guru dan
meleburkan diri dalam kehidupan masyarakat sekolah, fenomena yang terjadi di
lapangan, yang terjadi adalah “quality deterioration” dan mereka
terhenti untuk belajar serta puas dengan ijazah keguruan yang telah mereka
sandang. Buku bukan lagi menjadi sarapan pagi, begitu juga dalam membaca Koran,
majalah dan jurnal.
Mereka
mengajar hanya dengan mengandalkan buku – buku teks usang yang dipinjam dari
perpustakaan sekolah Bahkan sebagian dari mereka dalam menyambut kehadiran
teknologi, seperti internet, computer,
laptop, LCD dan lain – lain kurang bergairah dan kurang tertarik untuk ikut
mengaplikasikannya. Mereka bersembunyi dibalik kata – kata “sibuk” sehingga pada
akhirnya mereka menjadi guru – guru yang gaptek.
Membiarkan diri menjadi BODOH- tidak
mengikuti perkembangan teknologi, menjadi karakter sebagian guru kita hari ini.
Karakter negatif lain yang juga menghinggapi pada sebagian oknum guru adalah “hilangnya
IDEALISME sebagai guru” . . Bila prilaku ini sudah menjadi karakter
maka kapan peran guru sebagai KONSELOR dan memberi pandangan hidup pada siswa
dapat terlaksana ?.
Miskinnya
interaksi antara guru dengan siswa telah membuat mereka tidak mengIDOLAKAN
gurunya.
Malah
cukup banyak siswa yang juga tidak mengenal nama guru – guru mereka, tapi
mengapa, tetap saja siswa yang di salahkan sebagai generasi kurang santun, pada
hal ini tercipta karena gaya hidup guru itu sendiri.
Berbicara masalah gaya hidup guru,
tidak hanya sampai disitu.
Dewasa
ini banyak yang juga yang senang untuk mengejar
penampilan daripada meningkatkan kompetensi profesi sebagai guru.
Menjadi kreditor dari sebuah bank atau pelanggan counter HP adalah juga prilaku
gaya hidup mereka. Mengambil pinjaman uang untuk membeli mobil, walaupun mobil
second. Tidak jarang, memiliki mobil belum jadi kebutuhan tetapi karena kompetisi
penampilan maka mereka juga terdorong untuk memiliki.
Melakukan
perawatan mobil berjam – jam hingga menyita waktu yang seharusnya sebagai
quota untuk tujuan pendidikan.
Guru
– guru perempuan juga berlomba untuk membeli assesoris, pakaian, perhiasan, agar
mereka bisa tampil menarik bak bintang iklan televisi, maka waktu yang
dihabiskan untuk memenuhi nafsu konsumerisma juga telah menyita waktu yang
seharusnya dibaktikan untuk pendidikan karena kesibukan untuk memenuhi
kebutuhan hidup dan kesenangan dunia, sebagian guru cenderung kehilangan waktu
untuk menyiapkan diri menjadi guru yang professional. Cukup banyak guru tak
punya waktu untuk belajar, menyiapkan perangkat pelajaran, menyiapkan soal –
soal ujian dan memeriksa ujian dan pekerjaan siswa. Tetapi untuk berbagi gossip
tetap selalu ada waktu.
Tidaklah berdosa bila seorang guru
juga mengejar dan memenuhi kebutuhan penampilan.
Guru
juga manusia biasa, mereka juga punya
kebutuhan mulai dari kebutuhan primer, sekunder, dan kebutuhan luks. Atau
mereka juga perlu memenuhi kebutuhan fisik, kebutuhan rasa aman, kebutuhan
psikologi sampai kepada kebutuhan untuk aktualisasi diri. Dan selayaknya guru
juga bisa meluncur dengan mobil sedan, hingga sebutan “ Oemar Bakri” yang pergi mengajar dengan mendayung sepeda
kumbang tidak melekat lagi. Tapi semua itu harus dibarengi juga dengan
kepedulian untuk menajamkan kemampuan kompetensi mereka sebagai guru yang
professional.
untuk menjadi professional, seorang guru di
tuntut memiliki empat hal, Yakni :
1.
Guru mempunyai komitmen pada siswa dan proses
belajarnya. Ini berarti bahwa komitmen tertinggi guru adalah kepada kepentingan
siswanya.
2.
Guru menguasai secara mendalam bahan atau
mata pelajaran yang diajarkan serta cara mengajarkan nya kepada siswa.
Bagi
guru, hal ini merupakan dua hal yang tak dapat dipisahkan.
3.
Guru bertanggung jawab memantau hasil belajar
siswa melalui berbagai teknik evaluasi, mulai cara pengamatan dalam prilaku
siswa sampai tes hasil belajar.
4.
Guru mampu berfikir sistematis tentang apa
yang dilakukan nya, dan belajar dari pengalamannya. Artinya, harus selalu ada
waktu untuk guru guna mengadakan refleksi dan koreksi terhadap apa yang telah
dilakukan nya. Untuk bisa belajar dari pengalaman, ia harus tahu mana yang
benar dan salah, serta baik dan buruk dampaknya pada proses belajar siswa.
PRESTASI TEMPAT KERJA
Prestasi tempat kerja adalah
situasi dan kondisi dimana seluruh pekerja dan semua orang yang terlibat dalam
aktivitas pada tempat kerja tersebut merasa nyaman sehingga tujuan masing –
masing ataupun kelompok pada tempat kerja tersebut akan tercapai.
Prestasi
tempat kerja dapat diwujudkan dan dipertahankan dengan pengelolahan, penerapan
komunikasi yang benar.
Untuk
dapat menerapkan komunikasi yang benar, seluruh guru yang terlibat di dalam
tempat kerja tersebut harus mampu menerapkan berbagai peralatan komunikasi yang
ada dengan tepat.
MOTIVASI : CERIA DITEMPAT KERJA
Bekerja tak selamanya
menyenangkan. Ada saatnya kita merasakan
kerja sebagai beban. Saat mood semacam itu datang, bekerja bahkan seperti
sebuah perbudakan. Maka yang di perlukan adalah sebuah strategi agar bisa
selalu bergembira dan ceria ditempat kerja.
Adalah tanggung jawab pribadi untuk
menjadikan tempat kerja dan pekerjaan sebagai dua hal
Yang
membahagiakan. Sebab setengah dari usia, mungkin akan dihabiskan disana.
Berikut ini adalah tips untuk cerah
– ceria dan bergembira di tempat kerja, dari Susan M.Heatfield, seorang
pakar HRD.
1.
Pilihlah untuk bergembira
Bagian
terbesar dari rasa bahagia dan senang, diciptakan oleh pilihan – pilihan. Maka,
tetapkanlah pilihan untuk bergembira ditempat kerja.
Galilah
sisi positif dari tempat kerja dan pekerjaan.
Kabar
baiknya, jika mau sedikit mengalahkan ego, maka pasti bisa menemukan keceriaan
dan kegembiraan.
2.
Lakukan apa yang disukai
Lakukan
apa yang disukai dan senangi, setiap hari.
Temukan
apa yang disukai dan senangi di tempat kerja, pasti ada.
Kita
tidak akan mungkin merenggut full time disepanjang
karir kita.
Kita
pasti pernah tersenyum atau bahkan tertawa. Temukan itu kembali dan lakukan
tanpa mengganggu produktivitas kita.
Apa
yang dicari bukan pelarian melainkan esensi.
3.
Ambil alih Tanggung jawab self
development
Ingat
selalu bahwa kita adalah orang yang paling bertanggung jawab untuk
mengembangkan diri. Sebab, kita sendirilah manusia yang paling tertarik dengan
diri kita. Selain dengan belajar dan membaca, pola pengembangan diri yang
terbaik untuk kita adalah berinteraksi dan berkolabirasi dengan rekan kerja.
4.
Ambil alih tanggung jawab informasi situasi
Jangan
menunggu informasi yang masuk tentang apa yang sedang berlangsung ditempat
kerja.
Setiap
orang sibuk untuk mengurusi dan memberi informasi kepada kita.
Ambil
alih tanggung jawab itu dengan aktif menggali informasi.
Aktifkan
seluruh komunikasi, agar bisa mengakses berbagai informasi yang bisa
mempermudah pekerjaan.
Agar
bisa merencanakan dan mengatur produktivitas kerja.
5.
Aktif meminta masukan.
Pujian
tentang hasil kerja adalah motivasi.
Mintalah
masukan kepada rekan kerja, dan komentar mereka bisa menjadi pengakuan.
Apa
yang mereka katakana bisa menjadi afirmasi.
Jika
dicermati, apa yang diungkapkan disini sangat jelas menggambarkan bagaimana
kita patutnya bekerja.
6.
Komitmen hanya pada yang disanggupi.
Hati
– hati mengatakan “ya”.
Penyebab
paling serius dari stress dan ketidakceriaan ditempat kerja adalah kegagalan
memenuhi komitmen.
Tips
1 sampai dengan tips 5 diatas sangat membantu untuk bisa makin sering
mengatakan “ya”.
7.
Hindari negatif
Pembicaraan
negatif, gossip negatif, orang negatif, manusia negatif, bahkan alat kerja
negatif.
Kita
bisa stress dan frustasi dibuatnya.
Negatif
dan positif, adalah dua hal yang paling mudah menular.
8.
Latih keberanian professional
Pahami
tuntutan keberanian di dalam Profesi. Latilah diri dalam menguasainya.
Public speaking, meeting,
organizing, dan bahkan berdebat atau berkompetisi secara
sehat. Latihlah untuk segala hal di dalam dan ditempat kerja. Termasuk untuk
arisan, buka bersama, atau upacara.
9.
Make Friends
Jawab
ini,
“do
you have a best friend at work?”
Jika telah memiliki satu saja teman
baik ditempat kerja, itu sudah cukup untuk menceriahkan kita.
Jika kita belum punya, cari.
10. Jika
semua itu gagal
Jika
masih belum bisa ceria juga, evaluasi ulang tempat kerja kita, profesi kita,
dan keseluruhan karir kita.
Bisa
jadi, kita harus pergi. Maka, mulailah mencari. Dan pencarian ini, sudah cukup
menggembirakan. Sebab hidup dan kebahagiaan, adalah identik dengan harapan.
Semoga
bermanfaat !
KESIMPULAN
Sesuai
dengan isi dari KODE ETIK keguruan, seorang guru harus mampu menciptakan dan
Memelihara
hubungan antara sesama Guru, baik berdasarkan lingkungan maupun di dalam
hubungan kekeluargaan.
Seorang guru juga secara
perseorangan atau bersama – sama secara terus – menerus berusaha menciptakan,
memelihara dan mengembangkan suasana sekolah yang menyenangkan sebagai
lingkungan belajar yang efektif dan efisien bagi peserta didik.
Maka
terjalinlah hubungan baik sesama guru juga dengan para siswanya. Maka proses
belajar pun akan berlangsung dengan baik.
DAFTAR PUSTAKA
ü Cummank.blogspot.com/2010/02/guru-s…
ü Arifmetal18.blogspot.com/2010/02/si..
ü Html-pdf-convert.com/cari/profesion…
ü Avin.staff.UGM.ac.id/data/jurnal/di…
Tidak ada komentar:
Posting Komentar